Selain bulutangkis, berkuda disebut wakil ketua umum PSSI, La Nyalla Mattalitti, sebagai cabang olahraga yang sedap "redup" sehingga perlu diawasi pemerintah. Benarkah demikian?
"Seharusnya dia mengurusi cabor-cabor yang lain. Sepakbola sudah bagus. Harusnya urus saja seperti bulutangkis, berkuda, karena itu yang lagi down-down," ucap La Nyalla tadi malam, menyoal rencana Menpora Imam Nahrawi yang akan membentuk sebuah tim untuk mengawasi organisasinya. [Baca beritanya di sini]
Sekretaris Jenderal Equestrian Federation of Indonesia (EFI), Prasetyono Sumiskum, mengaku tidak memahami maksud ucapan La Nyalla tersebut. Jika cabang berkuda disebut lagi "down", padahal mereka masih sering mencetak prestasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga mengingatkan momen Asian Games 2014 lalu, ketika nomor dressage individual freestyle "nyaris" dapat emas, kalau saja tidak "diganggu" oleh tuan rumah (Incheon, Korea Selatan). Diwakili Larasati Gading, Indonesia memperoleh medali perunggu.
"Tapi di situ ranking kita mengalahkan atlet-atlet Jepang. Jadi ini saya bisa bantah, (prestasi kami) tidak terpuruk, tapi malah meningkat. Jangan lupa, di Incheon kemarin, dari sekian banyak peserta tunggang serasi, hanya dua dari Asia Tenggara. Indonesia masih 10 besar Asia," tambah Prasetyono.
"Jadi kalau dibilang terpuruk, mungkin mereka (PSSI) harus baca berita yang benar. Kalau saya membantah, nanti akhirnya bermusuhan dan sakit hati. Baca sendiri saja deh. Kan semua gampang tuh dicari."
Prasetyono melanjutkan, pihaknya masih bisa "survive" mengurus equestrian walaupun banyak kendala, dan banyak menggunakan biaya sendiri. Walaupun kondisinya belum ideal, namun mereka masih bisa mencetak prestasi.
"Jadi, saya tidak bisa paham dari sudut mana kita dianggap terpuruk," simpul Prasetyono.
(mcy/a2s)