Dari sisi histori, Barca dan Madrid punya persaingan kental yang bahkan melebihi batas lapangan sepakbola, karena juga mengejawantah sedemikian rupa di luar permainan tersebut.
Maka kepindahan seorang pemain dari Barca ke Madrid atau sebaliknya jelas akan bikin pemain bersangkutan harus siap berhadapan dengan cibiran bahkan caci maki dari kubu tim lamanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bernd Schuster (Barca ke Madrid)
|
Di klub Catalan tersebut, Schuster tampil dominan di lini tengah dan rajin bikin gol. Di Barca, ia juga sempat meraih Silver Ball Eropa di 1980, dan Bronze Ball tahun 1981 dan 1985.
Acapkali dikabarkan memiliki hubungan kurang harmonis dengan presiden klub dan sejumlah pelatih, Schuster kemudian dipinang dan hijrah ke Madrid pada tahun 1988.
Kepindahannya dari Barca ke El Real menuai kontroversi mengingat rivalitas kedua klub. Tetapi Schuster tetap mampu unjuk gigi dan tampil prima bersama La Quinta del Buitre--lima pemain lokal Madrid yang menjadi tulang punggung klub itu dalam mendominasi sepakbola Spanyol era 1980-an.
Michael Laudrup (Barca ke Madrid)
|
Di bawah arahan Johan Cruyff, Laudrup tampil menjulang dan menjadi salah satu pemain pilar Barca--yang saat itu perkasa di Spanyol dan Eropa--bersama-sama dengan Ronald Koeman, Hristo Stoichkov, Pep Guardiola, Jose Mari Bakero, and Txiki Begiristain.
Keberadaan Laudrup di Barca mulai terancam sejak kedatangan Romario pada tahun 1993. Ia kemudian menuntaskan sebuah kepindahan kontroversial ke Madrid pada tahun 1994.
Di Madrid, Laudrup sukses mengantar tim itu mengakhiri dominasi Barca di liga dengan menjuarai La Liga Primera musim 1994β95. Laudrup pun tercatat sebagai satu-satunya pemain yang bisa menjuarai liga Spanyol lima kali beruntun dengan dua klub berbeda.
Luis Enrique (Madrid ke Barca)
|
Kepindahannya dari Madrid pada tahun 1996 menuai kontroversi, bukan cuma karena klub yang menjadi tujuannya adalah klub rival, tetapi juga karena Enrique melakukannya dengan cara menyudahi kontraknya di Madrid lalu bergabung dengan Barca secara free transfer.
Mengingat peran Enrique sebelumnya untuk Madrid, kepindahannya ke Barca pun awalnya kurang diterima dengan baik oleh para fans klub Catalan itu. Namun, dengan cepat ia mampu mencuri hati mereka dan pada prosesnya juga mengapteni Barca.
Total delapan musim Enrique membela Barca seraya meraih dua gelar La Liga, dua titel Copa del Rey, satu Piala Super Spanyol, satu gelar Piala Winners, dan satu trofi Piala Super Eropa.
Luis Figo (Barca ke Madrid)
|
Akibat Figo telah menandatangani kontrak pribadi dengan kedua klub itu, ia pun dihukum tak boleh pindah ke Italia setidaknya selama dua tahun. Seperti sudah diguratkan oleh nasib, ia pun kemudian diboyong Barca.
Bersama klub Catalan itu karier Figo kemudian benar-benar meroket. Ia pun berhasil membawa Barca menjuarai dua trofi La Liga, dua titel Copa del Rey, satu Piala Super Spanyol, satu gelar Piala Winners, dan satu titel Piala Super Eropa.
Selama lima musim berseragam Barca, Figo sukses menjadi ikon klub tersebut seraya mencatatkan 45 gol selama 249 penampilan, sebelum akhirnya melakukan transfer kontroversial dengan hijrah ke Madrid.
Kepindahan Figo ke Madrid pada tahun 2000 menjadi awal dari era Los Galacticos klub itu di bawah Presiden Florentino Perez. Bersama Madrid, yang lima musim ia bela, Figo tercatat meraih dua gelar La Liga, dua Piala Super Spanyol, dan masing-masing satu titel Liga Championns, Piala Super Eropa, dan Piala Interkontinental.
Pun demikian, kepindahan Figo dari Barca ke Madrid menyisakan rasa kecewa dan kesal di kubu fans Barca. Akibatnya, di dalam salah satu El Clasico ia sempat dilempari proyektil seperti koin dan kepala babi ketika hendak mengambil sepak pojok.
Javier Saviola (Barca ke Madrid)
|
Pada tahun 2001, saat berusia 19 tahun, Saviola direkrut oleh Barca. Di bawah arahan Louis van Gaal, ia menyudahi musim pertamanya dengan membuat 21 gol di seluruh kompetisi--17 di antaranya di La Liga dan membuatnya berada di posisi empat topskorer akhir musim.
Pada musim panas 2004, Saviola sempat dipinjamkan ke AS Monaco. Karena dinilai tak cocok dengan proyeksi tim pelatih Barca saat itu, Frank Rijkaard, setahun kemudian ia kembali dipinjamkan kali ini ke Sevilla.
Ia kembali ke Barca untuk musim 2006-07. Diuntungkan dengan cedera rekan-rekan setimnya, secara khusus Eto'o, Saviola menyudahi musim dengan 10 gol dari 24 penampilan di seluruh kompetisi.
Setelah kontraknya dengan Barca habis di akhir musim, pada 10 Juli 2007 Saviola resmi bergabung dengan Madrid dalam sebuah kontrak berdurasi tiga tahun.
Di Madrid, ia juga belum bisa mendapatkan tempat inti. Kedatangan Klaas-Jan Huntelaar kemudian kian membatasi jumka penampilannya bersama 'Si Putih'. Cuma dua musim pemain Argentina itu membela Madrid dengan catatan 5 gol dari 28 penampilan.
Halaman 2 dari 6