Acara yang dikemas "Empat Jam Pencak Meneguhkan Istimewa" itu digelar di pelataran Monumen Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 di kawasan titik nol kilometer Kota Yogyakarta, Sabtu (20/8/2016). Ratusan pesilat itu di antaranya dari berbagai perguruan di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan, dan lain-lain.
Beberapa peguruan silat itu di antaranya Tapak Suci, Perpi Harimurti, Bhineka Tunggal Sakti Mataram, IKS Kera Sakti Jawa Timur, SH Terate, Perisai Diri, Gerak Gulung Pajajaran, Jawa Barat dan lain-lain. Sejumlah seni bela diri dari luar Indonesia seperti Indonesia Nunchaku Club, Ninjitsu, dan Aikido juga diberi kesempatan untuk tampil dalam acara yang digagas Tangtungan Project, Paseduluran Angkringan Silat, dan Dinas Kebudayaan DIY itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Tawuran kreatif ini sebagai ajang silaturahmi dan berkumpulnya para pesilat dari seluruh pelosok tanah air. Tujuannya untuk menjalin tali persaudaraan antar perguruan," ungkap pesilat Suryadi yang juga salah satu wakil Koordinator Paseduluran Angkringan Silat Yogyakarta kepada wartawan di sela-sela acara.
Menurut dia, acara tersebut masing-masing perguruan bisa saling mempertunjukkan kekayaan keilmuan genre pencak silat dalam bentuk silat sebagai seni dan budaya. Sebab silat itu seni bela diri asli Indonesia. Hampir di seluruh nusantara ada berbagai ragam pencak silat.
![]() |
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono menambahkan silat sebagai salah satu budaya asli Indonesia yang harus dilestarikan. Silat tidak hanya menjadi bagian olahraga prestasi namun juga bisa sebagai bagian seni budaya Indonesia.
Saking meriahnya, acara yang dikemas sejak sore hingga malam hari ini, para peserta dan penonton berbaur menjadi satu sambil menikmati suguhan menu angkringan.
(bgs/nds)