Ratusan Pesilat 'Tawuran' di Yogyakarta

Ratusan Pesilat 'Tawuran' di Yogyakarta

Bagus Kurniawan - Sport
Sabtu, 20 Agu 2016 21:17 WIB
Foto: Bagus Kurniawan/ detikcom
Yogyakarta - Sekitar 300 pesilat dari 34 perguruan di Indonesia melakukan 'tawuran kreatif' di Yogyakarta. Bukan tawuran betulan, tapi unjuk kebolehan dalam seni gerak silat secara bergantian.

Acara yang dikemas "Empat Jam Pencak Meneguhkan Istimewa" itu digelar di pelataran Monumen Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 di kawasan titik nol kilometer Kota Yogyakarta, Sabtu (20/8/2016). Ratusan pesilat itu di antaranya dari berbagai perguruan di Yogyakarta, Jawa Tengah, Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan, dan lain-lain.

Beberapa peguruan silat itu di antaranya Tapak Suci, Perpi Harimurti, Bhineka Tunggal Sakti Mataram, IKS Kera Sakti Jawa Timur, SH Terate, Perisai Diri, Gerak Gulung Pajajaran, Jawa Barat dan lain-lain. Sejumlah seni bela diri dari luar Indonesia seperti Indonesia Nunchaku Club, Ninjitsu, dan Aikido juga diberi kesempatan untuk tampil dalam acara yang digagas Tangtungan Project, Paseduluran Angkringan Silat, dan Dinas Kebudayaan DIY itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat acara dimulai, satu per satu wakil perguruan silat memperagakan berbagai jurus silat andalan, mulai dari tangan kosong hingga menggunakan senjata tajam seperti pedang, belati, ruyung dan lain-lain. Bahkan ada satu perguruan silat yang memperagakan tenaga dalam dan unjuk ilmu kekebalan yakni menjilat sebuah besi menganga yang dipanaskan di atas bara api.

Setiap perguruan hanya boleh tampil maksimal selama lebih kurang 5 menit. Namun semua penampilan mengundang decak takjub ribuan penonton yang memenuhi pelataran monumen. Penonton pun tak henti-hentinya memberikan aplaus di setiap penampilan.

"Tawuran kreatif ini sebagai ajang silaturahmi dan berkumpulnya para pesilat dari seluruh pelosok tanah air. Tujuannya untuk menjalin tali persaudaraan antar perguruan," ungkap pesilat Suryadi yang juga salah satu wakil Koordinator Paseduluran Angkringan Silat Yogyakarta kepada wartawan di sela-sela acara.

Menurut dia, acara tersebut masing-masing perguruan bisa saling mempertunjukkan kekayaan keilmuan genre pencak silat dalam bentuk silat sebagai seni dan budaya. Sebab silat itu seni bela diri asli Indonesia. Hampir di seluruh nusantara ada berbagai ragam pencak silat.

"Silat sebagai bagian seni budaya, kita ingin meneguhkan kebudayaan lokal, namun tidak harus berarti alergi terhadap kebudayaan impor. Selain itu pesilat juga ingin menyumbangkan gagasan kreatif untuk meneguhkan keistimewaan Yogya," kata Suryadi.

Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Umar Priyono menambahkan silat sebagai salah satu budaya asli Indonesia yang harus dilestarikan. Silat tidak hanya menjadi bagian olahraga prestasi namun juga bisa sebagai bagian seni budaya Indonesia.

Saking meriahnya, acara yang dikemas sejak sore hingga malam hari ini, para peserta dan penonton berbaur menjadi satu sambil menikmati suguhan menu angkringan.

(bgs/nds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads