Toni gagal menembus babak semifinal setelah jatuh di run kedua dalam tiga sesi balapan di sesi perempatfinal Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brasil. Menurutnya, awal dirinya jatuh karena sempat ragu saat melakukan pendaratan.
"Sebelum jumping depan saya ada yang jatuh dulu. Jadi speed-nya ragu. Tapi aku paksakan jumping dan karena pelan juga (jumping-nya). Jadi gampang ke dorong angin," kata Toni kepada detikSport, Minggu (21/8/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, Toni juga mengalami sobek ligamen depan belakang sehingga membuat tulangnya naik.
Menurut rencana dia akan melakukan operasi setibanya dia di Jakarta. Sambil menunggu waktu kepulangan Toni saat ini menggunakan pain killer untuk meredam cederanya.
"Ya tidak kapok dong. Ini kalau sudah tiga hari biasanya sudah mendingan. Akan dioperasi tapi di Jakarta," ucap dia.
Toni masih memiliki mimpi bisa bersaing kembali dengan pebalap-pebalap besar dunia di Olimpiade 202 Tokyo. Pria kelahiran Solo, 13 Juli 1991, ini pun berharap pemerintah bisa membangun trek supercross di Indonesia supaya persiapan dia dan pebalap lain ke Olimpiade berikutnya bisa lebih matang.
"Harapan buat olimpiade berikutnya ya dipersiapkan dari sekarang. Inginnya di Indonesia ada trek supercros dan kita (para pebalap) juga butuh latihan dan kompetisi di lingkungan pebalap juara BMX," harapnya.
(a2s/rqi)