Pratinjau Grup A Piala AFF 2016
Mengintip Lawan-lawan Indonesia di Piala AFF 2016
Foto: AFP PHOTO / FAYEZ NURELDINE
Di Piala AFF 2016, Indonesia tergabung di Grup A bersama Thailand, Filipina, dan Singapura. Menghadapi ketiga lawannya ini, bisa dibilang grup A adalah 'grup neraka'.
Thailand adalah negara yang menjadi juara bertahan sekaligus sudah menjuarai Piala AFF sebanyak empat kali. Pada perhelatan terakhirnya, mereka menjuarai Piala AFF 2014 dengan mengalahkan Malaysia di partai final.
Kemudian Filipina bertindak sebagai tuan rumah di babak grup A ini (bersama dengan Myanmar sebagai tuan rumah Grup B). Selain itu, Filipina juga merupakan negara dengan peringkat FIFA terbaik (edisi Oktober 2016) di antara seluruh negara peserta Piala AFF 2016.
Selanjutnya yang terakhir, Singapura adalah negara yang sudah memenangkan Piala AFF sebanyak empat kali. Sementara di grup B, kita bisa melihat Myanmar, Malaysia, Vietnam, dan Timor Leste.
Tergabung di grup A yang berat ini, kira-kira sejauh mana Indonesia bisa melangkah?
Lawan pertama: Thailand β Sabtu, 19 November 2016, 15:30 WIB
Saat ini Thailand bisa dibilang sebagai kesebelasan yang merajai Asia Tenggara. Meskipun sempat merana di Piala AFF 2010 dan SEA Games 2011, Thailand mulai bangkit secara perlahan. Setelah itu, tercatat bahwa mereka menjadi runner-up Piala AFF 2012 (kalah dari Singapura), meraih medali emas SEA Games 2013, menjadi juara Piala AFF 2014 (mengalahkan Malaysia), dan meraih medali emas di SEA Games 2015.
Jangan kaget juga, sekarang, di saat semua kesebelasan sedang sibuk hanya menyiapkan Piala AFF, Thailand justru memiliki kesibukan yang lebih "mulia": babak ketiga kualifikasi Piala Dunia 2018 zona AFC.
Tidak tanggung-tanggung juga, mereka berhasil menahan imbang Australia dengan skor 2-2 hanya empat hari sebelum pertandingan Piala AFF 2016 pertama mereka melawan Indonesia.
Di bawah asuhan pelatih sekaligus legenda mereka, Kiatisuk Senamuang, Thailand memainkan 3-4-1-2 dengan memasang Adison Promrak, Prathum Chuthong, dan Tanaboon Kesarat sebagai tiga bek di belakang, dengan Theeraton Bunmathan dan Tristan Do berperan sebagai bek sayap kiri dan kanan.
Salah satu sorotan untuk Thailand adalah kemampuan mereka baik dalam memainkan garis pertahanan rendah maupun ketika menekan. Saat bertahan, kedua wing-back akan turun membantu pertahanan, tapi saat menyerang mereka akan secara cepat pula naik ke wilayah penyerangan.
Tapi selain skema tiga bek di atas, Thailand juga terbiasa memainkan 4-3-3 dan bahkan 5-2-1-2 tergantung situasi di lapangan.
Foto: Pandit Football Indonesia |
Jangan lupa juga Teerasil Dangda yang masih menjadi pusat perhatian Thailand. Selain itu, Chanathip Songkrasin menjadi pemain kunci Thailand dengan kemampuannya mengalirkan dan menggiring bola, menjadikan posisi bermainnya sebagai gelandang serang yang menjadi kunci penyerangan Thailand.
Lawan kedua: Filipina β Selasa, 22 November 2016, 19:00 WIB
Jika Thailand adalah juara bertahan, Filipina beda lagi. Mereka adalah negara dengan peringkat FIFA terbaik di antara semua peserta Piala AFF 2016, yaitu peringkat 124. Kalau saja Australia (peringkat 40) tidak merupakan bagian dari negara AFF, The Azkals pastinya akan memuncaki peringkat di Asia Tenggara saat ini.
Salah satu hal yang membuat Filipina bisa sekuat ini adalah mereka yang mengandalkan dan memaksimalkan para pemain naturalisasi. Dari 23 pemain di daftar skuat mereka untuk Piala AFF 2016, hanya ada 6 pemain yang benar-benar kelahiran asli Filipina.
Pelatih kepala mereka yang merupakan asal Amerika Serikat, Thomas Dooley, sudah memimpin 'Anjing Jalanan' di tahun ketiganya. Di tahun pertamanya, ia masih lebih banyak memainkan sepakbola bertahan, tapi saat ini ia sudah bisa memainkan penyerangan yang lebih dinamis.
Kebangkitan liga sepakbola Filipina, United Football League (UFL), juga memberikan dampak positif kepada timnas mereka. Tercatat ada 5 pemain dari Ceres FC, 3 dari Global FFC, 3 dari Loyola Meralco Sparks, dan 3 dari Kaya FC.
Foto: Pandit Football Indonesia |
Kalau kita hanya melihat catatan mereka di Piala AFF (25 kali kalah), kita mungkin bisa tertipu. Namun kenyataannya, catatan mereka di Piala AFF sudah berhasil mereka perbaiki sejauh ini sejak Piala AFF 2010 di mana mereka berhasil mencatatkan 5 kemenangan (dari total 6 sepanjang gelaran Piala AFF).
Kapten Phillip Younghusband dan penyerang Misagh Bahadoran berpotensi menjadi andalan Dooley di Piala AFF 2016 ini.
Namun, absennya Daisuke Sato dan Javier Patino, yang keduanya tidak diizinkan oleh masing-masing kesebelasan mereka, menyebabkan Filipina kekurangan kekuatan mereka. Belum lagi pensiunnya tiga bek andalan The Azklas, yaitu Rob Gier, Juani Guirado, dan Jerry Lucena di awal tahun ini membuat lini pertahanan mereka kerepotan. Sejak mereka pensiun, Filipina sudah kebobolan 12 kali dalam 7 pertandingan.
Lawan ketiga: Singapura β Jumat, 25 November 2016, 19:00 WIB
Sama seperti Filipina, Singapura juga merupakan negara yang banyak memakai jasa pemain naturalisasi. Radojko Avramovic adalah orang di balik kesuksesan Singapura dalam meraih gelar Piala AFF 2004, 2007, dan 2012.
Setelah Piala AFF 2012, Bernd Strange menggantikan Avramovic, dan sejak saat itu Singapura mengalami penurunan. Posisi Strange digantikan oleh pelatih Singapura saat ini, Varadaraju Sundramoorthy.
Baru meraih dua kemenangan di bawah Sundramoorthy, banyak yang beranggapan bahwa permainan Singapura akhir-akhir ini monoton dan kurang kreasi. Penurunan penampilan mereka diduga karena generasi emas (Abu Casmir, Itimi Dickson, Lionel Lewis, Muhammad Ridhuan, Noh Alam Shah, dan yang lainnya) yang terputus dan tanpa penerus.
Yang tersisa dari mereka yang masih terpakai di era Sundramoorthy adalah Baihakki Khaizan, Daniel Bennett, Mustafic Fahrudin, Shahril Ishak, dan Khairul Amri (kapten), serta Hariss Harun yang sejauh ini menjadi pemain kunci.
Foto: Pandit Football Indonesia |
Namun Sundramoorthy masih belum menemukan komposisi terbaiknya. Ia masih mencoba-coba formasi dan taktik untuk Singapura. Formasi 3-5-2 dan 4-4-2 sempat bergantian dipakai. Permainan mereka juga lebih banyak fokus pada bertahan dan kemudian melakukan serangan balik.
Hal ini sempat menimbulkan perdebatan karena kedua full-back mereka jarang aktif membantu serangan. Hasil mengecewakanpun mereka dapatkan ketika dipecundangi Kamboja dengan skor 1-2 pada 28 Juli 2016.
Mereka juga jarang menguasai bola dan terlihat kebingunan ketika menguasai bola. Secara total, Singapura baru mencetak 4 gol dari 8 pertandingan terakhir mereka.
***
Ini adalah turnamen pertama Indonesia sejak mereka bebas dari pembekuan FIFA. Di saat Indonesia sibuk mengurusi urusan di dalam, negara lain sudah mempersiapkan diri mereka. Lawan-lawan mereka, mulai dari Thailand, Filipina, dan Singapura, terus mengalami perkembangan dan juga sudah mendapatkan jam internasional yang lebih banyak.
Kecuali melawan Singapura, sulit melihat Indonesia bisa menang dengan mudah. Hal ini yang akan membuat Indonesia kesulitan untuk lolos dari grup A.
Dengan segala keterbatasan Alfred Riedl dalam meracik skuat, sejujurnya Indonesia adalah kuda hitam. Tapi status kuda hitam ini lah yang sebenarnya bisa membuat timnas kita tampil tanpa beban. #AyoIndonesia (din/fem)



Foto: Pandit Football Indonesia
Foto: Pandit Football Indonesia
Foto: Pandit Football Indonesia





