Skandal suap dalam beberapa pertandingan Indonesian Basketball League (IBL) musim 2016/2017 terbukti. Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) menyebut ada delapan pemain dan satu ofisial dari Siliwangi yang terseret. Mereka sudah dijatuhi hukuman.
Dalam prosesnya, skandal pengaturan skor itu dikaitkan dengan tunggakan gaji pemain. Lewat kuasa hukumnya, Siliwangi membantah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin mengklarifikasi dan meluruskan terkait yang telah beredar dan tersebar luas terutama di media massa dan media sosial mengenai motif atau alasan pemain melakukan match fixing selama kompetisi IBL karena manajemen tidak melakukan kewajiban membayar gaji pemain setiap bulannya, Yang mana hal tersebut adalah tidak benar," tulis kuasa hukum Siliwangi, Bobby H. Siregar dan Martinus, pada dalam rilis kepada detikSport, Kamis (23/11/2017).
"Kami ingin menegaskan bahwa gaji seluruh pemain hingga akhir musim kompetisi IBL 2016-2017 saat itu telah dibayarkan setiap bulannya, sehingga tidak benar jika isu tersebut dan isu-isu lainnya dijadikan alasan pembenar untuk melakukan tindakan pengaturan skor."
Manajemen Siliwangi menyesalkan sikap pemain dan odisial itu. Sebab, klub dirugikan secara materiil (loss of business) dan imateriil.
Bobby dan Martinus juga memastikan bahwa manajemen Siliwangi pada IBL musim lalu tidak ada yang terlibat dalam tindakan pengaturan skor. Mereka juga akan menindaklanjuti secara hukum dengan melihat perkembangan-perkembangan atas kejadian yang terjadi.
Di samping itu, mereka mengapresiasi dan mendukung surat yang telah dikeluarkan oleh PP Perbasi Nomor: 508/XI/PP/2017 tertanggal 21 November 2017 perihal Pemberitahuan Surat Keputusan sanksi terhadap Ferdinand Damanik, Tri Wijoyo Wilopo, Gian Gumilar, Haritsa Herlusdityo, Untung Gendro Maryono, Fredy, Vinton Nolan Surawi, Robertus Riza Raharjo, dan Zulhilmi Faturrohman.
(mcy/fem)