Vanissa, 14 tahun, menganggap pengalaman sepekan di Orlando, AS, pada 6-11 Agustus sebagai periode tak terlupakan. Dia menjadi salah satu dari tiga wakil Indonesia dan 19 pemain Asia Pasific yang mendapatkan kesempatan turut dalam Jr. NBA Global Championship.
Vanissa dkk yang tampil di ESPN Wide World of Sports Complex, Walt Disney, Florida, Amerika Serikat, memang tak melampaui babak grup, namun mereka membawa pulang pelajaran berharga.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sempat Menolak Ikut Jr. NBA
Vannisa sempat menolak untuk mengikuti seleksi Jr NBA. Tapi, dia justru menunjukkan talenta dan kemampuannya kepada tim seleksi.
Jr NBA merupakan program olahraga basket global bagi anak-anak laki-laki dan perempuan, telah menjangkau lebih dari 51,5 juta anak-anak di 75 negara melalui permainan antarliga, program kunjungan sekolah, dan klinik pelatihan, serta program outreach lain.
"Sebenarnya tahu jr NBA dari klub basket juga. Waktu itu saya ditawari, bilangnya ya dicoba siapa tahu terpilih. Waktu saya kelas 7 sempat enggak mau. Baru tahun kemarin ikut langsung terpilih dan ikut ke Shanghai, kemudian ke Global Championship," kata dia.
Vanissa tak langsung tertarik untuk mengikuti Jr NBA karena malas dengan gambaran latihan yang harus diikuti. Lagipula, dia tidak percaya diri bisa bersaing dengan peserta lain.
"Bersyukur sekarang sudah berubah dan lebih percaya diri. Seperti ada rasa mau buat membuktikan orang-orang kita bisa," dia menjelaskan.
"Dipilih saat menjadi wakil saja saya enggak bsia berkata-kata, karena teman-teman yang lain juga banyak. Ibaratnya kemampuan dan tekniknya di atas saya, banyak yang lebih bagus lah. Makanya senang banget," katanya.
Dalam prosesnya, Vanissa justru terpilih sebagai pemain terbaik (MVP) Jr NBA dengan menyisihkan 2.500 pemain basket remaja lainnya. Seleksi kian ketat setelah mengerucut menjadi 10 orang yang terdiri dari lima putra dan lima pemain putri. Di antara pesaing itu, dia dinilai memenuhi kriteria yang menjadi slogan Jr. Junior, sportmanship, teamwork, attitude and respect (star).
Apresiasi didapatkan dengan mendapatkan beasiswa dari Tahir Foundation sebesar USD 500. Selain itu, bersama sembilan rekan lainnya, atlet kelahiran Tangerang, 15 September 2005 itu lolos kecamp Jr NBA Global Championship wilayah Asia Pasifik.
Suka Basket Sejak Kecil dan Ingin Masuk Timnas
Olahraga basket bukanlah hal baru bagi Vanissa. Ayah Vanissa, Andre Nicola Siregar, sudah mengenalkannya kepada basket sejak balita. Andre merupakan mantan pemain basket dan kini berprofesi sebagai pelatih.
"Sebenarnya, saya suka basketnya termasuk telat, baru mulai kelas 6 SD. Papa yang sering bawa saya ke lapangan, sampai sekarang jadi suka. Ya, walau begitu saya senang bisa sampai di titik ini. Ibaratnya sudah bangga banget," ujar dia.
"Bisa dibilang saya banyak berubah dari segi mental. Soalnya dulu saya orangnya pemalas, tetapi saat kenal dan sering main basket kayak enggak bisa setop gitu," kata pengidola Andakara Prastawa ini.
Kini, Vanissa berhasrat untuk lebih tekun berlatih. Dia mantap .
"Waktu itu pernah kelas 7, ditanya papa, 'Kamu mau main basket sampai mana? Saya bilang sampai nasional (Timnas)'. Ya, berharap bisa terus main basket," dia mengharapkan.
(mcy/fem)