Sejak kematian Ayrton Senna dan Roland Rantzenberger di Sirkuit Imola tahun 1994, F1 memang berupaya keras untuk meningkatkan keselamatan pembalap. Mengurangi kecepatan mobil dan mendesain sirkuit yang aman adalah beberapa di antaranya.
Sirkuit yang aman memang membuat pembalap selamat, namun di sisi lain juga mengurangi lahirnya aksi yang menegangkan dalam balapan. Hal itulah yang dikritik Sutil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sirkuitnya cuma lurus dan sangat, sangat membosankan. Tapi saya mungkin tidak bisa mencela faktor keselamatannya seperti seharusnya sebuah sirkuit modern," cetus pembalap asal Jerman itu.
Abu Dhabi yang jadi sasaran kritik Sutil adalah salah satu dari sejumlah sirkuit yang dilabeli 'Tilkedrome', yakni sirkuit hasil rancangan arsitek Jerman, Hermann Tilke.
Selain Abu Dhabi, rancangan Tilke lainnya adalah Malaysia, Bahrain, China, Turki, Singapura dan Valencia. Yang terakhir ini bahkan disebut-sebut menghadirkan balapan paling membosankan dalam dua tahun penyelenggaraannya.
Sutil menyarankan agar sebelum mendesain sebuah sirkuit, arsitek sebaiknya berkonsultasi dengan pembalap. Harapannya, sebuah sirkuit akan memenuhi hasrat pembalap untuk lebih banyak memperlihatkan aksi.
"Saya pikir ini saatnya melibatkan lebih banyak pembalap karena kami sangat ingin banyak tikungan cepat karena mobil F1 sangat bagus di sana. Itulah yang dirasa kebanyakan pembalap saat ini," ujar Sutil.
"Tentu saja, ada juga yang ingin sirkuitnya tetap memperhatikan keselamatan. Akan selalu ada perbedaan opini, tapi mayoritas dari kami ingin ada beberapa perubahan di sirkuit," pungkasnya.
(arp/fjp)