.webp)
Meninggalnya Jules Bianchi kembali memunculkan pertanyaan, sudah seberapa tinggikah tingkat keamanan Formula 1? Jawabannya, setinggi apapun itu, balapan jet darat itu tetaplah olahraga yang berbahaya.
Itulah kira-kira tantangan terbesar dari dua sisi mata uang F1 saat ini. Di satu sisi, para pelaku berharap supaya aspek keamanan pebalap terus ditingkatkan, di sisi lain publik ingin mobil-mobil itu semakin kencang.
Bianchi menjadi pebalap pertama setelah Ayrton Senna di tahun 1994 yang tewas karena insiden di lintasan balapan. Pria Prancis berusia 25 tahun itu akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya dua hari lalu setelah mengalami koma selama sembilan bulan di rumah sakit, setelah menabrak kendaraan berat yang sedang mengevakuasi mobil Adrian Sutil, di tengah lomba yang basah dan yellow flag sedang dikibarkan pada GP Jepang di sirkuit Suzuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Crane yang dia tabrak semestinya tidak berada di situ. Jika demikian, dia pasti dalam posisi yang sama seperti pebalap lain yang melipir dan menghantam pembatas ban," ucap Ecclestone.
"Sekarang ini Formula 1 aman. Mobil-mobilnya super aman, sirkuitnya aman, semuanya baik. Seperti saya katakan, kalau truk itu tidak ada di sana, mungkin insiden itu tidak terjadi. Itulah yang mereka komplain belakangan ini, bahwa mungkin kami harus sangat aman dan bersih."
Ecclestone juga yakin, Bianchi pasti ingin supaya olahraga ini tetaplah semenantang mungkin.
"Ya, sudah tentu. Dia takkan menentang (hal itu). No, no, no," tambah pria Inggris berusia 84 tahun itu.
"Kami membuatnya seaman mungkin. Tapi bagaimanapun, para lelaki ini juga berpacu sekencang mungkin... Ini aman, tapi tidaklah aman.
"Semua orang tahu, ada bahaya pada olahraga ini, dan mereka hidup dengan itu."
Tentang Bianchi, Ecclestone tak lupa memberi testimoni dan ungkapan berduka.
"Pertama, dia pribadi yang sangat, sangat menyenangkan. Kedua, dia sangat berbakat. Ini sungguh sebuah kehilangan yang besar, baik buat olahraga ini apalagi keluarganya."
(a2s/krs)
