.webp)
Rio Haryanto berangkat membalap ke Formula 1 setelah menjalani musim terbaiknya di GP2. Kendati demikian, Rio sadar bahwa F1 bakal berbeda jauh dengan GP2.
Membalap bersama Campos Racing di GP2 musim lalu, Rio tiga kali menjadi juara dan total lima kali naik podium. Di klasemen akhir, pebalap berusia 23 tahun itu finis di urutan keempat dengan koleksi 138 poin.
Rio kemudian memikat Manor setelah melakoni tes di Sirkuit Yas Marina, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, pada Desember 2015. Rio melakoni tes bersama development driver milik Manor, Jordan King, dan tampil lebih cepat dari King pada tes tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rio tahu bahwa dunia F1 sepenuhnya berbeda dengan GP2. Apalagi, tidak seperti GP2, yang mesin seluruh tim sama, kemampuan tiap tim di F1 berbeda-beda. Manor sendiri bukan tim papan atas.
Oleh Manor, Rio diberikan target untuk finis di papan tengah. Selain itu, Rio mengaku target pribadinya adalah tampil lebih baik daripada rekan satu timnya, Pascal Wehrlein, yang notabene adalah pebalap binaan Mercedes.
"Di F1 itu ada 12 tim. Setiap tim memiliki mobil yang berbeda dan kalau kita misalnya Bajaj lawan Kijang pasti menang Kijangnya. Jadi, ya, untuk saat ini kita tidak tahu seberapa kencang Manor Racing," ujar Rio.
"Tetapi sudah ada perubahan yang cukup drastis dari timnya sendiri. Mereka merekrut eks teknisi McLaren. Manor Racing juga ambisius, mereka tidak hanya ingin ikut serta saja tapi juga berprestasi. Itu sama seperti target saya juga," tegasnya.
Selain mengontrak eks teknisi McLaren, Manor juga mendapatkan pasokan mesin Merces yang sukses mengantarkan tim Mercedes menjadi juara konstruktor musim lalu. Mereka juga akan mendapatkan sokongan girboks dari Williams.
(roz/din)
