Bukan sekadar karena balapan digelar saat matahari sudah terbenam yang membuat GP Singapura menyajikan tantangan luar biasa berat buat para pebalap. Sejatinya jarak pandang bahkan tidak pernah jadi masalah, karena persoalan terbesar adalah lebih soal layout sirkuit, penyesuaian waktu, dan cuaca tropis nan panas.
Berikut hal-hal yang membuat F1 GP Singapura menjadi seri paling menantang buat Lewis Hamilton dkk, sebagaimana dikutip dari F1.com:
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jangan tertipu dengan nama balapan malam, karena meski matahari sudah tak lagi bersinar suhu di Singapura dan kelembaban udaranya masih sangat menyulitkan mereka yang bukan berasal dari negara tropis. Umumnya suhu udara saat balapan akan berada di kisaran 30 derajat celcius. Angka tersebut bakal lebih tinggi di atas lintasan dan (apalagi) di dalam kokpit yang bisa menyentuh 60 derajat celcius.
"Sulit untuk menggambarkan seperti apa rasanya membalap selama dua jam dalam kondisi seperti itu, tapi coba saja Anda membayangkan duduk dalam sauna dengan memakai baju balap lengkap yang tahan api. Jika 10 adalah suhu tertinggi dalam sauna, maka balapan Singapura nilainya 7," ucap Lewis Hamilton beberapa waktu lalu.
![]() |
"Itu adalah satu-satunya balapan di mana Anda sedikit membuka kaca helm untuk mendapatkan udara segar masuk dan Anda langsung berharap itu tidak terjadi karena di luar (ternyata) lebih panas. Saat melakukan warm up lap, botol minum Anda berada pada temperatur teh yang baru dituangkan," timpal Daniel Ricciardo.
Kondisi ekstra panas di Singapura mengharuskan para pebalap untuk banyak-banyak minum. Cairan yang keluar dari tubuh pebalap dari start sampai finis bisa membuat mereka kehilangan bobot 2-4 kg.
2. Trek Bergelombang
Karena sehari-harinya digunakan sebagai jalan umum, trek sirkuit GP Singapura tidak benar-benar mulus - dalam artian lebih bergelombang jika dibanding sirkuit yang khusus dipakai untuk balapan. Sejak pertama menggelar race pada 2008, GP Singapura sudah melakukan pelapisan ulang permukaan lintasan. Namun tetap saja trek masih jauh dari mulus.
"Anda akan terlempar-lempar di dalam mobil, memantul ke sana-sini. Tulang belakang Anda mendapatkan tekanan. Kaki-kaki Anda bergeser. Anda akan terus bergetar, berharap rem Anda tidak mengunci. Itu gila," sebut Hamilton, yang sudah dua kali jadi juara di Singapura.
Kondisi seperti itu membuat pebalap sangat mengandalkan kekuatan mobilnya untuk menjaga stabilitas mobil. Marcus Ericsson tahun lalu menyebut 'GP Singapura membutuhkan energi dua kali lipat dibanding balapan di Monte Carlo'.
3. (Banyak) Tikungan
Sirkuit Marina Bay memiliki panjang lintasan 5,065 km. Yang membuatnya menjadi spesial adalah tikungan yang mencapai jumlah 23 buah. Ini membuat GP Singapura menjadi balapan dengan jumlah tikungan paling banyak. Tantangan bagi pebalap makin besar karena tikungan-tikungan itu tersebar pada jarak yang tidak terlalu jauh, pada trek yang sangat sempit.
"Tidak ada kesempatan beristirahat karena secara terus menerus Anda akan berbelok ke kiri dan kanan, kiri dan kanan. Itu seperti Anda melakukan sprint. Saya yakin detak jantung kamu lebih cepat dibanding di tempat lain," curhat Hamilton.
4. Durasi yang Lebih Panjang
Banyaknya tikungan membuat pebalap lebih lambat dan pada akhirnya membuat catatan waktu untuk satu lap menjadi lebih panjang. Pada kondisi kering, durasi balapan GP Singapura hampir sama dengan balapan di Spa-Francorchamps. Padahal Spa-Francorchamps punya trek 1,939 km lebih panjang.
Hal itu membuat balapan Singapura berlangsung sekitar dua jam, yang menjadikan seri ini sebagai yang terpanjang durasi waktunya.
"Anda harus fokus 100% selama dua jam, kondisi yang sulit karena terkait juga dengan kelembaban udaranya. Slip sedikit saja maka Anda akan menabrak pembatas, jadi menjaga konsentrasi itu adalah hal yang krusial," ucap Hamilton.
Dengan kondisi seperti itu tak mengherankan kalau GP Singapura selama ini selalu diselingi dengan keluarnya safety car.
![]() |
5. Waktu Balapan yang Tidak Biasa
GP Singapura start pukul 20:00, atau pukul 19:00 WIB. Di Indonesia waktu tersebut sama dengan seluruh balapan yang digelar di Benua Eropa.
Tapi buat para pebalap, memulai balapan pukul 20:00 adalah persoalan serius. Mereka terbiasa melakukan balapan siang hari (pukul 14:00 waktu setempat). Setelah bersusah payah mengalahkan kelelahan karena penerbangan jarak jauh, pebalap juga harus menghadapi waktu balapan yang jauh di luar normal.
"Itu tidak biasa karena balapan dimulai jam 8:00 malam, kami harus mencoba bertahan dengan waktu Eropa sebanyak mungkin, untuk memastikan kami tetap sadar saat memasuki malam. Saya biasa bangun saat makan siang dan sarapan pukul 2:00 siang, karena saat itu adalah jam 8:00 pagi di Swiss (tempat Vettel tinggal)," ucap Sebastian Vettel.
"Itu sedikit aneh , makan siang saat malam dan tidur saat masih sangat pagi (waktu Swiss), tapi kami sudah melakukannya bertahun-tahun. Sekarang itu terasa lebih normal dibanding saat pertama kali," lanjut pemilik empat kemenangan di Singapura itu. (din/fem)