Lumpuh Tak Bikin Atlet Cantik Laura Dinda Tinggalkan Kolam Renang

Atlet ini sejak SMA mengalami cedera dan terpeleset yang berakibat lumpuh. Tapi ia tetap konsisten bertahan di habitatnya: di kolam renang.
Laura, 19 tahun, sudah memiliki sederet prestasi di kolam renang sejak kecil. Saat usianya 6 tahun, ia berlatih renang untuk terapi asma. Sempat takut dan menangis, lama-lama, Laura nyaman hingga menjadi atlet seperti sekarang ini.
Sejak SD, Laura rutin berlatih dan memiliki kecepatan yang akhirnya membuka jalan bagi Laura untuk tampil di kejuaraan di lingkup kota.
Alhasil, Prestasi Laura terus berkembang. Dia kini bisa menembus persaingan antarkota yang akhirnya Laura meraih medali di ajang itu.
Sejak saat itulah peluar dan jalan terbuka lebar baginya. Laura akhirnya berkesempatan untuk tampil di Pekan Olahraga pelajar Daerah (POPDA) 2015 di Semarang mewakili Kalimantan Timur.
Di salah satu malam saat mengikuti POPDA itulah, Laura terpeleset di kamar mandi. Dia jatuh terduduk. Dan yang akhirnya membuat lumpuh hingga saat ini.
Sejak kejadian itulah, Laura yang masih duduk di bangku SMA, masih bisa tetap optimistis untuk bisa pulih dan sembuh dari kelumpuhan. Bahkan, ia pun sempat menyangkal dan marah kala diajak untuk bergabung bersama-sama atlet disabilitas.
Alhasil, berkat dukungan keluarga dan teman-teman baiknya, ia mau tak mau Laura harus menerima kenyataan pahit kakinya tak lagi digerakkan. Yups, Dia lumpuh.
Dara cantik ini tak berputus asa dan tetap terus berusaha dan berkarya sekuat tenaga.
Sempat depresi, kini Laura bisa lebih bersyukur. Kendati lumpuh, dia tak perlu meninggalkan kolam renang, yang sudah menjadi habitatnya sejak kecil. Dia justru mendapatkan kesempatan demi kesempatan untuk mewakili Indonesia di ajang internasional.
Laura adalah pemilik dua medali emas ASEAN Para Games 2017 Kuala Lumpur. Dia juga pemilik rekor ASEAN Para Games untuk renang gaya bebas putri 100 meter kategori S6, Laura membukukan catatan waktu 1 menit dan 30,27 detik, lebih cepat dari rekor lama 1 menit 30,77 detik.
Bahkan, untuk urusan akademi juga bisa sejalan. Laura kini terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
"Sekarang, saya cuma ingin menyelaraskan kuliah dan renang. Saya ingin sosok mendampingi orang-orang yang sakit mental. Saya juga ingin terus berenang sampai tak mampu lagi," ujar dia.
Laura terus giat berlatih dan penuh percaya diri tatkala menjadi atlet disabilitas untuk cabor renang.
Kini, Laura dan perenang disabilitas Indonesia lain ditunggu ajang yang lebih besar dari level Asia Tenggara.
Mereka akan tampil sebagai tuan rumah di Asian Para Games 2018 ketiga di Jakarta mulai 6-13 Oktober.
Atlet ini sejak SMA mengalami cedera dan terpeleset yang berakibat lumpuh. Tapi ia tetap konsisten bertahan di habitatnya: di kolam renang.
Laura, 19 tahun, sudah memiliki sederet prestasi di kolam renang sejak kecil. Saat usianya 6 tahun, ia berlatih renang untuk terapi asma. Sempat takut dan menangis, lama-lama, Laura nyaman hingga menjadi atlet seperti sekarang ini.
Sejak SD, Laura rutin berlatih dan memiliki kecepatan yang akhirnya membuka jalan bagi Laura untuk tampil di kejuaraan di lingkup kota.
Alhasil, Prestasi Laura terus berkembang. Dia kini bisa menembus persaingan antarkota yang akhirnya Laura meraih medali di ajang itu.
Sejak saat itulah peluar dan jalan terbuka lebar baginya. Laura akhirnya berkesempatan untuk tampil di Pekan Olahraga pelajar Daerah (POPDA) 2015 di Semarang mewakili Kalimantan Timur.
Di salah satu malam saat mengikuti POPDA itulah, Laura terpeleset di kamar mandi. Dia jatuh terduduk. Dan yang akhirnya membuat lumpuh hingga saat ini.
Sejak kejadian itulah, Laura yang masih duduk di bangku SMA, masih bisa tetap optimistis untuk bisa pulih dan sembuh dari kelumpuhan. Bahkan, ia pun sempat menyangkal dan marah kala diajak untuk bergabung bersama-sama atlet disabilitas.
Alhasil, berkat dukungan keluarga dan teman-teman baiknya, ia mau tak mau Laura harus menerima kenyataan pahit kakinya tak lagi digerakkan. Yups, Dia lumpuh.
Dara cantik ini tak berputus asa dan tetap terus berusaha dan berkarya sekuat tenaga.
Sempat depresi, kini Laura bisa lebih bersyukur. Kendati lumpuh, dia tak perlu meninggalkan kolam renang, yang sudah menjadi habitatnya sejak kecil. Dia justru mendapatkan kesempatan demi kesempatan untuk mewakili Indonesia di ajang internasional.
Laura adalah pemilik dua medali emas ASEAN Para Games 2017 Kuala Lumpur. Dia juga pemilik rekor ASEAN Para Games untuk renang gaya bebas putri 100 meter kategori S6, Laura membukukan catatan waktu 1 menit dan 30,27 detik, lebih cepat dari rekor lama 1 menit 30,77 detik.
Bahkan, untuk urusan akademi juga bisa sejalan. Laura kini terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Sekarang, saya cuma ingin menyelaraskan kuliah dan renang. Saya ingin sosok mendampingi orang-orang yang sakit mental. Saya juga ingin terus berenang sampai tak mampu lagi, ujar dia.
Laura terus giat berlatih dan penuh percaya diri tatkala menjadi atlet disabilitas untuk cabor renang.
Kini, Laura dan perenang disabilitas Indonesia lain ditunggu ajang yang lebih besar dari level Asia Tenggara.
Mereka akan tampil sebagai tuan rumah di Asian Para Games 2018 ketiga di Jakarta mulai 6-13 Oktober.