Ni Made Arianti Taklukkan GBK dengan 1 Mata

Sprinter Ni Made Arianti berhasil membawa pulang dua medali perak dalam perhelatan Asian Para Games 2018. Perjuangannya pun bukan tanpa rintangan.

Ni Made Arianti lahir dengan kondisi yang tak normal. Mata kirinya dinyatakan buta.

Meski lahir dengan kondisi yang kurang sempurna, orang tua Arianti tak membedakan dirinya dengan anak-anak sebayanya dan kakaknya.

Saat bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) itulah Arianti menekuni atletik dan membuka jalan ke pelatnas para-athletic.

Arianti menjadi salah satu atlet atletik andalan Indonesia di Asian Para Games 2018. Dia telah bergabung dalam pelatnas ke pesta olahraga disabilitas se-Asia itu sejak Januari. Sejak itu pula, atlet asal Bali itu berlatih maksimal.

Proses panjang dan kerja keras Arianti membuahkan prestasi di level Asia Tenggara dan Asia. Yang terbaru, Arianti berhasil mengharumkan nama Indonesia usai mampu meraih dua medali perak di cabang atletik lari 100 meter dan 400 meter T13 di Asian Para Games 2018.

Arianti pun bercerita upayanya untuk memberikan dua medali perak untuk Indonesia itu tak mudah. Sprinter asal Bali itu mengaku kesulitan untuk melihat tingkungan kala berlari sehingga ia harus menyesuaikan diri dengan melihat hanya dengan menggunakan mata sebelah kanan, itupun dengan jarak yang terbatas.

Usai berhasil meraih prestasi di Asian Para Games 2018, Arianti tak ingin berpuas diri. Kini ia tengah berlatih untuk meraih medali emas di ASEAN Para Games di Filipina dan Paralimpiade mendatang.

Selain kerja keras, menurut Arianti dukungan dari orang-orang terdekat, keluarga dan pelatih menjadi kunci yang membuatnya mampu meraih prestasi di ajang olahraga terbesar untuk atlet difabel di Asia tersebut.

Perjuangannya pun membuatnya yakin bahwa, untuk orang-orang lain di luar sana yang memiliki kondisi sama seperti dirinya mampu berhasil dan meraih prestasi asal tetap berusaha, tidak minder dan tidak takut untuk mencoba.

Sprinter Ni Made Arianti berhasil membawa pulang dua medali perak dalam perhelatan Asian Para Games 2018. Perjuangannya pun bukan tanpa rintangan.
Ni Made Arianti lahir dengan kondisi yang tak normal. Mata kirinya dinyatakan buta.
Meski lahir dengan kondisi yang kurang sempurna, orang tua Arianti tak membedakan dirinya dengan anak-anak sebayanya dan kakaknya.
Saat bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) itulah Arianti menekuni atletik dan membuka jalan ke pelatnas para-athletic.
Arianti menjadi salah satu atlet atletik andalan Indonesia di Asian Para Games 2018. Dia telah bergabung dalam pelatnas ke pesta olahraga disabilitas se-Asia itu sejak Januari. Sejak itu pula, atlet asal Bali itu berlatih maksimal.
Proses panjang dan kerja keras Arianti membuahkan prestasi di level Asia Tenggara dan Asia. Yang terbaru, Arianti berhasil mengharumkan nama Indonesia usai mampu meraih dua medali perak di cabang atletik lari 100 meter dan 400 meter T13 di Asian Para Games 2018.
Arianti pun bercerita upayanya untuk memberikan dua medali perak untuk Indonesia itu tak mudah. Sprinter asal Bali itu mengaku kesulitan untuk melihat tingkungan kala berlari sehingga ia harus menyesuaikan diri dengan melihat hanya dengan menggunakan mata sebelah kanan, itupun dengan jarak yang terbatas.
Usai berhasil meraih prestasi di Asian Para Games 2018, Arianti tak ingin berpuas diri. Kini ia tengah berlatih untuk meraih medali emas di ASEAN Para Games di Filipina dan Paralimpiade mendatang.
Selain kerja keras, menurut Arianti dukungan dari orang-orang terdekat, keluarga dan pelatih menjadi kunci yang membuatnya mampu meraih prestasi di ajang olahraga terbesar untuk atlet difabel di Asia tersebut.
Perjuangannya pun membuatnya yakin bahwa, untuk orang-orang lain di luar sana yang memiliki kondisi sama seperti dirinya mampu berhasil dan meraih prestasi asal tetap berusaha, tidak minder dan tidak takut untuk mencoba.