Legenda balap motor, Giacomo Agostini, mempertanyakan sikap serta aksi-aksi Valentino Rossi pada rangkaian MotoGP Malaysia. Apa yang dilakukan Rossi di Sepang disebutnya bukan seperti Rossi yang dia kenal.
"Saya pikir Valentino terlalu emosional. Itu bukan Rossi yang biasanya karena saat itu dia mungkin sudah kehilangan pikiran sehatnya," ucap Agostini dalam wawancaranya di Marca.
Agostini tidak menuding Rossi telah menendang Marc Marquez dalam sebuah insiden yang pada akhirnya membuat si pebalap Honda terjatuh. Namun juara dunia 15 kali itu menyebut kalau The Doctor merasakan tekanan dan gugup terkait persaingan menjadi juara dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya bisa memahami kalau Valentino sangat gugup. Tapi Anda tidak bisa membuat gestur seperti itu: menurunkan kecepatan, menunggunya, dan membuatnya terjatuh. Saya pikir Valentino tidak ingin membuatnya terjatuh, tapi gestur yang dia buat adalah untuk menjatuhkan Marquez," ucapnya lagi.
Lebih lanjut, Agostini mengatakan kalau Rossi sudah membuat kesalahan sejak sesi konferensi pers di hari Kamis. Ketika itu Rossi menuding Marquez sudah mencoba membantu Lorenzo pada balapan di Phillip Island.
"Saya pikir Valentino tidak seharusnya menciptakan kontroversi di hari Kamis. Seharusnya dia diam saja sampai di Valencia, jika ada yang ingin dia sampaikan. Saya katakan ini karena inilah yang saya pikirkan. Tapi membangun kontroversi sebelum dua balapan penting, dalam kondisi penuh ketegangan, di mana gelar juara dunia sedang dipertaruhkan...Saya pikir tidak seharusnya itu dilakukan."
"Kita sudah lihat semua rekamannya, tidak diragukan lagi kalau Rossi bersalah. Jelas dia diprovokasi, tapi dia tak harus bereaksi seperti itu. Sekarang gelar juara dunia menjadi sulit, meski masih terbuka. Tapi favoritnya bukan lagi dia, melainkan (Jorge) Lorenzo."
"Pertarungan ketat antara pebalap adalah hal yang normal di MotoGP. Memang sulit untuk tetap tenang di atas lintasan. Menjadi juara dunia tidaklah mudah, dia (Rossi) tak bisa berharap Marquez membuka jalan untuknya. Marquez adalah pebalap yang tidak mau kalah, meski tak lagi bertarung jadi juara dunia dia masih ingin membuktikan masih yang terbaik," tuntas mantan pebalap pengoleksi 122 kemenangan Grand Prix itu.
(din/mfi)