Jorge 'Por Fuera' Lorenzo

Jorge 'Por Fuera' Lorenzo

Rifqi Ardita Widianto - Sport
Kamis, 05 Nov 2015 18:12 WIB
Getty Images
Jakarta - Memulai karier sebagai pebalap Grand Prix termuda, Jorge Lorenzo menjelma jadi salah satu rider MotoGP terbaik saat ini. Dikenal dengan julukan Por Fuera, Lorenzo kini mengincar gelar kelas primer yang ketiga.

Lorenzo diakui sebagai salah satu pebalap berbakat di dunia. Faktanya, dia menjadi pebalap termuda yang memasuki Grand Prix di usia 15 tahun, saat menjalani debut di kelas 125 cc bersama Derbi di tahun 2002.

Saking mudanya, dia sampai harus melewatkan sesi hari pertama karena umurnya belum mencukupi. Maka debutnya di Grand Prix juga bertepatan dengan hari ulang tahunnya, yakni 4 Mei. Lorenzo kemudian merintis kariernya di ajang balap motor dunia, meraih sukses demi sukses yang tak mudah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

- Awal Karier Grand Prix (125cc)

Lorenzo masuk ke Grand Prix dalam usia 15 tahun, kala itu balapan digelar di 'rumahnya' sendiri yakni sirkuit Jerez, Spanyol. Dia harus melewati sesi hari pertama karena belum cukup umur, tapi bisa menjalani sesi hari kedua karena bertepatan dengan hari ulang tahunnya ke-15.

Menunggangi Derbi, Lorenzo finis di posisi 22 pada balapan Grand Prix pertamanya itu. Pebalap kelahiran Palma itu pada prosesnya menjalani 13 balapan berikutnya sampai musim tuntas, di mana dua kali gagal finis yakni di seri Portugal dan Australia. Torehan terbaiknya di musim pertama adalah finis ketujuh di seri Brasil. Lorenzo finis dengan koleksi 21 poin, menempatkannya di urutan 21 klasemen.



Butuh 26 balapan bagi Lorenzo untuk mendapatkan kemenangan pertamanya, yang dipetik di musim kedua. Kemenangan itu didapatkannya di Brasil, yang juga tempat di mana dia mendapatkan hasil terbaik di musim pertama. Lewat kemenangan ini pula Lorenzo mendapatkan julukan 'Por Fuera' yang artinya kurang lebih 'lewat sisi luar'. Julukan itu disematkan kepadanya usai menyalip Casey Stoner dan Dani Pedrosa dari sisi luar tikungan. Lorenzo menuntaskan musim di urutan 12 dengan koleksi 79 poin. Dia punya satu kemenangan dan satu kali naik podium tiga.

Pada musim ketiganya di kelas 125cc, Lorenzo menuntaskan musim di posisi empat. Dia meraih tiga kemenangan di musim ini, masing-masing di Belanda, Republik Ceko, dan Qatar. Meski tak meraih gelar juara dunia di kelas ini, Lorenzo kemudian naik ke kelas 250cc pada musim berikutnya.

- Dominasi di Kelas 250cc dan Gelar Juara Dunia Pertama

Lorenzo masuk ke kelas 250cc pada tahun 2005, menunggangi Honda. Setelah empat balapan pertama, dia berhasil naik podium dua di seri Italia. Namun di seri berikutnya di Catalunya, Lorenzo gagal finis. Lorenzo gagal mendapatkan kemenangan di musim perdananya, mencatatkan empat podium dua dan dua kali finis ketiga serta tiga kali gagal finis. Dia menuntaskan musim di posisi lima dengan nilai 167.

Hanya semusim bersama Honda, dia hijrah ke Aprilia di musim berikutnya. Lorenzo langsung mendapatkan kemenangan di dua balapan pertama, yakni di Spanyol dan Qatar. Sempat gagal finis di Turki dan Prancis, Lorenzo kemudian memetik enam kemenangan lagi masing-masing di Italia, Belanda, Inggris, Ceko, Malaysia, Australia, dan Jepang. Dia pun jadi juara dunia dengan nilai 289.



Lorenzo mempertahankan performanya di musim ketiganya. Memenangi dua balapan awal di Qatar dan Spanyol, dia kemudian memetik tujuh kemenangan lainnya di Cina, Prancis, Catalunya, Belanda, Ceko, San Marino, dan Australia. Dia berhasil mempertahankan gelar juara dunia di musim ini, dengan lebih banyak kemenangan (9) dan lebih banyak poin (312). Performanya yang impresif membuat Lorenzo dikabarkan bakal direkrut Yamaha di kelas MotoGP.

- Menjejak Kelas Primer

Setelah dikait-kaitkan dengan Yamaha, Lorenzo resmi direkrut pabrikan Jepang itu pada 25 Juli 2007 dengan kontrak dua tahun. Lorenzo menjadi rekan setim Valentino Rossi. Startnya di kelas teratas dinilai impresif, dengan finis kedua pada seri perdana di Qatar diikuti finis ketiga di seri berikutnya di Spanyol. Bahkan Lorenzo melanjutkan performa apiknya dengan memenangi seri ketiga di Portugal. Dia pun menjadi pebalap termuda di MotoGP yang menuntaskan tiga balapan pertama di podium.

Sempat dianggap berpotensi besar merengkuh gelar juara dunia di musim pertamanya, Lorenzo bernasib kurang beruntung setelah mengalami sejumlah kecelakaan parah yang membuatnya patah tulang dan mengalami kerusakan ligamen. Serangkaian insiden di Cina, Prancis, Italia, Catalunya, Jerman, dan Amerika Serikat, membuat kansnya perlahan-lahan sirna. Dia finis di posisi empat klasemen dengan nilai 190.

Rangkaian kecelakaan juga membuatnya kehilangan kans merengkuh titel juara dunia di musim 2009. Dia sempat cuma berjarak 25 poin dengan Valentino Rossi yang memimpin klasemen, tapi kemudian terjatuh di Australia setelah bersenggolan dengan Nicky Hayden. Lorenzo akhirnya harus puas menuntaskan musim di urutan kedua, di belakang Rossi yang jadi juara dunia.

- Menjadi Juara Dunia MotoGP

Lorenzo memulai musim 2009 dengan kondisi tidak ideal, menyusul kecelakaan saat menunggangi minimoto di pramusim. Dia pun melewatkan sebagian besar uji coba MotoGP musim ini. Tapi Lorenzo berhasil memulai musim dengan oke, finis ketiga di Qatar lalu menang di seri kedua, Jepang.

Setelah dua musim penuh ketidakberuntungan, Lorenzo mendapati dirinya punya peluang terbaik juara setelah Rossi mengalami patah kaki di seri Italia. Keberuntungan makin berpihak padanya ketika Dani Pedrosa, satu-satunya yang bisa menggagalkannya jadi juara dunia, mengalami retak tulang selangka dan melewatkan dua seri. Lorenzo pun melenggang, merengkuh titel pertamanya di kelas primer saat finis ketiga di Malaysia.

Musim berikutnya, Lorenzo sempat dijagokan kembali menjadi juara dunia. Dia mengawali musim dengan empat kali naik podium di lima balapan pertama. Tapi peluangnya pudar saat mengalami kecelakaan di Australia, yang membuatnya kehilangan ujung jari manis. Lorenzo menjalani operasi untuk memulihkan tangannya. Dia pun harus puas jadi nomor dua di klasemen, di belakang Stoner yang jadi juara dunia.



Di musim 2012, Lorenzo tampil amat tangguh. Dia memenangi balapan pembuka di Qatar, lalu finis di posisi dua pada dua balapan berikutnya yakni di Spanyol dan Portugal. Lorenzo kemudian memenangi tiga balapan seri selanjutnya di Prancis, Catalunya, dan Inggris. Rangkaian impresifnya berhenti setelah gagal finis di Belanda, akibat bersenggolan dengan Alvaro Bautista.

Tapi Lorenzo langsung kembali ke jalur podium. Dia selalu naik podium di 10 balapan berikutnya, menang dua kali dan sisanya jadi runner-up. Dia pun memastikan gelar juara dunia keduanya di Australia, tepat sebelum seri terakhir di Valencia.

- Menuju Gelar Juara Dunia Ketiga

Setelah gelar di musim 2012, Lorenzo mengalami penurunan prestasi. Di musim 2013, dia sempat memulai dengan cukup baik dengan menang tiga kali di enam seri pertama. Tapi cedera kemudian memaksanya absen di seri Jerman. Setelah itu, Lorenzo mencoba memburu titel ketiganya dengan sembilan podium dari 10 balapan terakhir. Tapi upayanya tak cukup. Dia kehilangan gelar juara dunia ke tangan rider debutan, Marc Marquez, dan harus puas finis nomor dua.

Kedatangan Marquez membuat persaingan gelar juara dunia semakin ketat. Lorenzo sendiri memulai musim 2014 dengan kurang oke, setelah gagal finis pada seri pertama di Qatar dan hanya finis di posisi 10 di Amerika Serikat pada seri berikutnya. Butuh 14 seri untuk Lorenzo memetik kemenangan pertama di musim ini, yakni di seri Aragon, Spanyol. Dia lantas memenangi seri berikutnya di Jepang. Hasil-hasil tak memuaskan di musim ini membuatnya pada akhirnya finis ketiga di klasemen, di belakang Marquez yang kembali jadi juara dunia dan Rossi di posisi dua.

Setelah dua musim yang mengecewakan, Lorenzo kembali ke persaingan gelar juara dunia di musim 2015. Sebenarnya dia tak memulai musim dengan baik, hanya dua kali finis keempat di Qatar dan Amerika Serikat plus finis kelima di Argentina.



Lorenzo lantas bangkit dengan memenangi empat balapan berikutnya secara beruntun, yakni di Spanyol, Prancis, Italia, dan Catalunya. Hasilnya naik turun setelah itu: finis ketiga di Belanda, keempat di Jerman, lalu kedua di Indianapolis, kembali menang di Ceko, dan keempat di Inggris. Kegagalan finis di San Marino, Italia lantas membuat Lorenzo gagal mempertahankan selisih dengan Rossi yang memimpin klasemen.

Tapi Lorenzo menebusnya dengan menang di Aragon, Spanyol. Sejak saat itu dia tak pernah finis di luar podium: ketiga di Jepang, lalu berturut-turut kedua di Australia dan Malaysia. Dia pun menatap seri terakhir di Valencia berada di posisi dua klasemen dengan selisih tujuh poin dari Rossi di posisi teratas. Peluangnya menjadi juara dunia terbuka lebar setelah Rossi mendapatkan hukuman start dari posisi paling belakang di Valencia.

(raw/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads