Indonesia berharap bisa segera menjadi tuan rumah MotoGP. Namun venue utama, sirkuit, saja masih belum tersedia.
Sejatinya, sebelum meributkan soal sirkuit, ada hal-hal yang perlu diperhatikan pemerintah untuk menjadi tuan rumah MotoGP. Berkaca pengalamannya sebagai CEO Sirkuit Sentul sejak 2008, Dato Razlan Razali mengungkapkan beberapa langkah awal yang sebaiknya dilakukan pemerintah Indonesia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Keseriusan pemerintah
"Menjadi tuan rumah MotoGP atau Formula 1 sangatlah mahal. Menjadi tuan rumah event ini seperti menjadi tuan rumah SEA Games, harus ditangani langsung oleh pemerintah.
"Dua event itu langsung ditangani di bawah kerajaan. Di tahun 1996 perdana menteri Malaysia mempunyai visi untuk menggunakan Formula 1 untuk menjadikan Malaysia sebagai pariwisata global. Meskipun pada perkembangannya kami menjadi tuan rumah MotoGP lebih dahulu."
2. Pemerintah membuat kajian dampak ekonomi dengan menjadi tuan rumah MotoGP.
"Karena butuh biaya besar maka pemerintah harus mempunyai dasar yang valid. Mereka harus membuat kajian dampak ekonomi dari rencana itu. Seberapa besar global expossure, wisatawan yang datang, dan lain-lainnya.
"Soal ini harus dibuat oleh konsultan yang kredibel. Sebagai contoh, saya bisa bilang dalam tiga hari pelaksanaan MotoGP satu orang wisatawan akan membelanjakan uangnya sampai 7 ribu ringgit. Itu dari belanja mereka, penerbangan, hotel, tiket nonton. Kalikan dengan 85 ribu penonton. Ini cuma penonton dari Indonesia. Berapa pendapatan kalau dikalikan dengan penonton total?"
Foto: AFP PHOTO/SAEED KHAN |
3. Kemampuan keuangan
"Menjadi tuan rumah MotoGP cukup mahal. Pertama, soal biaya biaya lisensi. Dorna memberlakukan kontrak tuan rumah MotoGP 5-8 juta euro per tahun dengan minimal kontrak selama tiga tahun. Biaya itu dibayarkan per satu tahun sebelum musim bergulir.
"Nah, sekarang Dorna meminta tuan rumah baru untuk membeli lisensi World Super Bike sekaligus yang biayanya 1,5 juta euro. Kalau mau sekaligus dengan hak siar nilainya lebih tinggi sampai 13 juta euro. Tentunya fasilitas pendukung seperti akses dan hotel harus sudah siap. Selain itu perlu diingat kalau kurs yang dibayarkan ke Dorna berbeda dari kurs di negara kita. Uang kita jadi kecil sekali kan buat mereka?"
4. Punya sirkuit
"Sirkuitnya tidak sembarangan. Saat kami mengajukan keinginan untuk jadi tuan rumah Formula 1 FIA dan Dorna mengajukan konsultan. Kami pilih salah satu.
"Namun biaya tinggi itu bisa mendatangkan keuntungan di kemudian hari. Sirkuit Sepang sudah menuai untung sejak 2010.
"Memang rumit, tapi ingat, penonton MotoGP sedang boom. Apalagi di Asia. Kalau Indonesia jadi tuan rumah MotoGP, akan sangat banyak orang yang ingin datang ke sirkuit.
Razlan menutup pembicaraannya dengan sebuah sindiran yang telak buat Indonesia.
"Sekarang ini Indonesia rumor terus, tapi tidak ada action."
![]() |
(fem/a2s)












































Foto: AFP PHOTO/SAEED KHAN