Prinsipal Tim Repsol Honda tentang Kerja Tim, Sukses Marquez, dan Persaingan Musim Depan

Prinsipal Tim Repsol Honda tentang Kerja Tim, Sukses Marquez, dan Persaingan Musim Depan

Kris Fathoni W - Sport
Rabu, 26 Okt 2016 13:49 WIB
Foto: Agung Pambudhy
Jakarta - Livio Suppo amatlah identik dengan tim Repsol Honda. Ia merupakan prinsipal tim (sejak 2013) dan juga dipercaya sebagai direktur komunikasi dan marketing.

Di sela-sela acara meet and greet Marc Marquez, yang digagas PT Astra Honda Motor, di Sentul, Selasa (25/10/2016), detikSport berkesempatan melakukan wawancara dengan Suppo--yang kedua pada tahun ini setelah bulan Februari lalu.

Berikut petikan wawancara detikSport dengan pria Turin, Italia, kelahiran 30 Oktober 1964 itu, mulai dari kiprah timnya dalam mengarungi MotoGP 2016, keberhasilan Marquez menjuarai musim ini, juga persaingan musim depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikSport [dS]: Pada tes pramusim ini Honda sempat kesulitan. Anda juga pernah mengatakan bahwa urusan software menjadi salah satu kendala. Tapi pada akhirnya Marquez juara dunia? Honda yang mantap karena terus melakukan pengembangan sepanjang musim atau lebih karena peran Marquez dalam aksinya?

Livio Suppo [LS]: Software-nya benar-benar baru dan filosofinya juga benar-berbeda dengan yang kami gunakan di MotoGP. Jadi para teknisi kami cukup sulit untuk sepenuhnya memahami software itu dan mengadaptasikannya dengan karakteristik mesin kami tapi selangkah demi selangkah mereka telah melakukan pekerjaan dengan baik.

Pada akhirnya mesin kami jadi lebih kompetitif. Memang benar pada pramusim di Sepang kami kesulitan. (Tapi) Benar pula bahwa sekarang mesin kami mungkin adalah, jika bukan yang terbaik, salah satu yang paling kompetitif. Jadi saya pikir Marquez sudah melakukan pekerjaan super musim ini, meraih hasil terbaik pada situasi apa pun. Tapi Honda juga sudah melakukan pekerjaan bagus untuk terus melakukan pengembangan, tak pernah menyerah.

Foto: Mirco Lazzari gp/Getty Images

dS: Soal konsistensi dan mentalitas Marquez yang jadi bahasan banyak orang musim ini. Secara khusus setelah kontroversi tahun lalu, apa Honda memberinya instruksi khusus tahun ini?

LS: Ketika rider dengan bakat seperti dirinya mengubah pendekatan terhadap balapan, itu dikarenakan dirinya sendiri memang memahami kesalahan yang sudah ia lakukan. Marquez bukan cuma amat kencang melainkan juga cerdas dan musim lalu ia punya enam DNF dan tetap menutup musim di posisi tiga. Itu artinya jika ia bisa mendapatkan poin dalam setiap balapan, dan rider seperti Marquez tahu ia mampu melakukannya, walaupun mengalami masalah-masalah tertentu tapi kemudian tetap mampu finis keempat atau kelima, maka tentu saja ia bisa ikut bersaing dalam perebutan gelar juara. Itulah yang terjadi tahun ini.

dS: Yang menarik adalah setelah Marquez memastikan titel di Motegi, ia crash di Phillip Island. Sebelumnya ia sempat bilang akan bersenang-senang dan 'Marquez yang lama' akan muncul lagi...

LS: (Tertawa pendek) Pertama-tama itu akhir pekan yang sulit karena cuacanya. Dalam latihan tidak cukup banyak kondisi keringnya dan musim ini kecenderungannya adalah berusaha mencari ambang batasnya saat latihan, sehingga lebih banyak crash. Tapi di pekan itu Marquez justru crash dalam balapan (tertawa kecil). Namun, mengingat minimnya latihan pada kondisi saat itu mungkin ia sudah mencapai batasnya pada insiden tersebut.

Akan tetapi, saya tetap menganggapnya wajar. Kami tiba dalam balapan tersebut dengan rasa gembira setelah secara mengejutkan ia sudah memastikan titel di Motegi beberapa hari sebelumnya. Kalau tidak salah ingat, tahun 1997 Mick Doohan melakukan hal semacam itu di Phillip Island, mendominasi lalu crash. Jadi menurut saya wajar saja, ketika tak ada tekanan ada kecenderungan Anda jadi berusaha terlalu berlebihan.

dS: Untuk musim depan, ada sejumlah pergantian di tim lain seperti Jorge Lorenzo ke Ducati dan sebaliknya Maverick Vinales ke Yamaha. Siapa kira-kira yang akan jadi rival terkuat buat Honda?

LS: Di atas kertas kepindahan Vinales lebih mudah daripada kepindahan Jorge ke Ducati karena sejak lama Yamaha punya mesin yang kompetitif dan Maverick musim ini sudah membuktikan dirinya amat tangguh, jadi secara teori akan jadi kepindahan yang mulus dengan Maverick kemungkinan bisa langsung turut serta dalam perebutan gelar juara.

Foto: Mirco Lazzari gp/Getty Images

Untuk Jorge lebih sulit diprediksi karena sejauh ini ia baru tampil dengan Yamaha di MotoGP dan karakteristik Ducati dengan Yamaha jauh berbeda. Jadi Jorge sudah pasti harus mengadaptasikan gaya berkendaranya dengan Ducati dan saat ini belum ada yang tahu apa ia akan mampu melakukannya dengan cepat atau tidak. Saya meyakini bahwa di sirkuit-sirkuit tertentu dengan Ducati bisa memaksimalkan tenaga mesinnya seperti di Qatar, Sepang, ia bisa kompetitif dan memenangi balapan. Sedangkan di balapan lain seperti Jerez, atau, entahlah, Assen, mungkin akan sulit buatnya.

Oleh karena itu sulit untuk diterka. Tapi di atas kertas pada saat ini, akan lebih mudah buat Maverick dengan kepindahannya ke Yamaha ketimbang untuk Jorge yang pindah ke Ducati. Selain itu juga akan menarik melihat bagaimana kiprah (Andrea) Iannone. Ia sudah membuktikan dirinya kencang dan musim ini pun mampu menang. Sepertinya ia juga semakin bagus saja.



(krs/din)

Hide Ads