Marquez dan Dovizioso harus menjalani balapan sampai seri terakhir untuk bisa menentukan juara dunia musim 2018. Meski berakhir antiklimkas (Dovi crash di Valencia), persaingan keduanya membuat musim 2017 jadi sangat menarik.
Mereka berdua berulang kali terlibat duel sengit di atas lintasan. Masih ingat bagaimana mereka tampil habis-habisan di Austria dan dilanjutkan dengan aksi tikungan terakhir pada balapan basah di Motegi?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski motor Honda dinilai tidak dalam kondisi optimal, Marquez pada akhirnya tetap jadi juara dunia. Kelihaian dia di atas trek, dukungan tim Honda yang solid, dan strategi balapan yang brilian mengantar pemuda Spanyol itu meraih titel juara dunianya yang ketiga di kelas MotoGP.
Sebagai rider, Marquez masuk kategori sangat cerdik.
Pada balapan basah di Brno, Marquez memulai balapan dari posisi terdepan. Tapi dia kemudian dengan mudah tergusur ke posisi belakang. Dia salah memilih ban.
Tapi itu ternyata bagian dari rencana. Marquez sengaja salah memilih ban, supaya dia bisa cepat masuk pit dan mengganti motor. Dengan begitu dia terhindar dari traffic yang padat jika harus mengganti motor bersamaan dengan rider lain. Satu yang pasti, Marquez juga memastikan tidak ada rider lain yang mengikuti strateginya.
"Kita sudah lihat satu orang ini, yang genius dan lebih cerdik dibanding yang lain: dia membiarkan pebalap lain mendahuluinya. Dia membiarkan saya melewatinya dan mengangguk ke arah saya supaya saya melewatinya. Lalu saya dengan sengaja melebar di tikungan selanjutnya dan dia tidak juga menyalip saya. Jadi saya tahu persis apa yang dia lakukan," ucap Carld Crutchlow usai balapan.
Soal menipu pebalap lain, Marquez sukses juga melakukannya dalam sebuah sesi di Phillip Island. Terganggu karena Andrea Iannone membuntutinya, Marquez bersiasat dengan masuk pit lalu pura-pura akan kembali ke trek namun ternyata cuma untuk membohongi lawannya itu.
Bagaimana dengan Dovizioso?
Terlepas dari kegagalan menjadi juara dunia, Dovizioso sangat pantas dapat sanjungan atas apa yang dia raih di 2017. Memulai musim sebagai rider nomor 2 di Ducati, dia meraih capaian gemilang.
Enam kemenangan adalah capain terbaik rider Italia itu sepanjang kariernya. Kecuali saat membela Honda di 2011, Dovi tak pernah tampil sebagus ini di atas motor MotoGP.
Menariknya, capaian ini didapat Dovi saat dia sudah berusia 31 tahun.
Tidak ada ramuan ajaib dari sukses Dovi di 2017. Semua berkat kegigihan dan kematangan dia sebagai pebalap. Hal lainnya, Dovi juga sudah paham betul potensi serta kelemahan motornya. Itu membuat dia tahu benar apa yang harus dilakukan dalam situasi-situasi tertentu di atas lintasan.
Marquez berhasil merebut titel juara dunia MotoGP untuk kali ketiga. Tapi Dovizioso menunjukkan kalau dia sejatinya juga pantas menyandang titel tersebut di tahun ini. (din/raw)