Pemain yang besar di Pusdiklat Semen Gresik itu belum pernah menjadi juara di level tinggi turnamen BWF, Super Series. Ia kerap kandas di babak-babak awal, bahkan kadang-kadang juga harus melalui fase kualifikasi dulu.
Saat turun kelas ke Indonesia Terbuka Grand Prix Gold minggu lalu, misalnya, Aprilia hanya bisa mencapai babak semifinal. Dia kandas di tangan pemain China, Di Suo. "Untungnya" Aprilia tak sendiri. Rekan-rekannya di pelatnas Cipayung, Linda Adriyanti Firdasari, dan Bellaetrix Manuputty, juga tak mampu menjejak babak final.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pukulan-pukulan saya juga kurang variatif. Saat lawan mengubah gaya permainan saya kurang cepat menyesuaikan perlawanan," lanjutnya.
Tak hanya itu, ada masalah besar yang dialami Aprilia sejak dipanggil ke pelatnas di tahun 2006. Dia dan para pemain tunggal putri bak anak salah asuhan. Belum juga matang dibesut satu pelatih, PP PBSI sudah mendatangkan pelatih anyar dengan karakter yang sangat berbeda.
Mereka juga harus pandai-pandai mengatur jadwal untuk berlatih karena lapangan di pelatnas tak mencukupi untuk menampung 82 pemain yang ada. Mereka memulai latihan paling pagi, start dari jam 06.00 dan berakhir juga paling awal 10.00, karena lapangan bergantian dengan ganda putra.
Aprilia dan pemain tunggal putri lainnya tak mau membesar-besarkan kenyataan itu. Mereka lebih senang menjalani latihan sesuai instruksi pelatih. Aprilia bersedia memberikan keterangan setelah dibujuk menganalisis kekurangan dan kelemahan dia oleh pelatih tunggal putri, Liong Chiu Sia.
"Bisa jadi saya kehabisan waktu untuk beradaptasi. Saat mulai enak dengan satu pelatih, eh pelatihnya diganti. Pelatih baru itu membawa gaya permainan baru dan kami harus beradaptasi lagi," kata dia.
Tunggal putri memang merupakan sektor yang sering gonta-ganti pelatih. Saat tiba di pelatnas Aprilia ditangani Hendrawan. Belum genap dua tahun, pelatih tunggal diserahkan kepada Marlev Mainaky. Hendrawan fokus menangani tunggal putra menjelang Olimpiade 2008 Beijing.
Di awal 2011 PBSI kembali mengubah struktur pelatih tunggal, putra dan putri. Kabinet Djoko Santoso mendatangkan pelatih China, Li Mao, dan asisten pelatih dari Malaysia, Wong Tat Meng.
Chiu Sia tak menampik kenyataan itu. "Saya sendiri baru delapan sampai sembilan bulan menangani tunggal putri. Saya masih membutuhkan waktu," kata Chou Sia yang pernah menangani pelatnas di era Susi Susanti itu.
"Penyesuaian dulu. Ini tidak bisa cepat kayak goreng telor yang tinggal ceplok. Saya berharap tahun depan ada pemain tunggal putri yang mengisi peringkat lima besar," kata Chiu Sia.
(fem/a2s)