Demikian salah satu poin yang tercuat dalam seminar 'Semangat Jawa Tengah Membangun Indonesia', di Gedung Perkumpulan Masyarakat (PMS) Surakarta, Jawa Tengah, Kamis (30/7/2009), yang diselenggarakan oleh Persatuan Bulu Tangkis Indonesia (PBSI) Jawa Tengah.
Acara ini merupakan diskusi dari pemaparan data hasil survey AC Nielsen, yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat digunakan untuk mengembangkan prestasti bulutangkis di Indonesia pada umumnya, dan Jateng pada khususnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami yang selama bertahun-tahun menjadi tulang punggung kekuatan bulutangkis nasional terpanggil untuk menjawab tantangan yang kita hadapi. Seminar ini akan mampu memberikan gambaran, memetakan persoalan dan dapat membawa kita keluar dari permasalahan yang ada," tutur Mochamad Anwari, Ketua Pengprov PBSI Jateng.
Dan berdasar hasil survey yang dipaparkan oleh Prof. Dr. dr Hardhono Susanto, selaku Wakil Ketua Umum I Pengprov Jateng, disebutkan bahwa masyarakat cukup mengenal dan memiliki kesadaran terhadap bulutangkis. Hanya itu hal itu tidak dibarengi dengan minat untuk serius berkarir.
Dalam seminar tersebut juga didiskusi sebuah fakta, bahwa pengetahuan dan minat masyarakat terhadap bulutangkis sangat dipengaruhi oleh media massa, khususnya televisi. Angka statistik juga menunjukkan bahwa bulutangkis masih kalah pamor dari sepakbola.
Berdasarkan pemetaan dari hasil penelitian tersebut maka PBSI Jateng akan mengambil langkah yang kiranya efektif sebagai tindak lanjut. Salah satunya adalah dengan melakukan pembenahan terhadap sistem kepelatihan.
Rencananya suvey semacam ini akan dilakukan selama dua tahun sekali. Anwari berharap usaha yang telah dilakukan pihaknya itu akan diikuti oleh daerah lain, sehingga akan terwujud perbulutangkisan Indonesia yang kuat.
"Kami berharap dapat menjadi pioner dan langkah kami akan diikuti oleh daerah lain. Dengan begitu kita akan bersama-sama membangun bulutangkis Indonesia," pungkasnya.
(a2s/arp)