Berkat backhand smash, Taufik berhasil mengukir prestasi. Tak hanya itu, ia juga mengharumkan nama bangsa.
Senjata maut pebulutangkis kelahiran Bandung itu memberikan inspirasi kepada banyak anak-anak. Salah satunya adalah Rahmat Ali Asdaqi. Anak berusia 13 tahun ini merupakan juara Milo School Competition tahun 2008.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Taufik tersenyum menanggapi hal itu. Menurutnya, setiap orang memiliki gaya bermain sendiri-sendiri. Jadi yang bagi satu pemain merupakan senjata andalan, belum tentu menjadi senjata andalan pula bagi pemain lain.
"Semua pebulutangkis menjalani porsi latihan yang sama. Soal kelebihan, hanya Tuhan yang tahu," kata Taufik.
Milo School Competition adalah turnamen yang diikuti oleh siswa-siswa sekolah dasar dan menengah pertama. MSC digelar sejak tahun 2002. Hingga tahun ini, MSC sudah pernah singgah di 20 kota dan diikuti 20 ribu anak-anak.
"Olahraga bulutangkis harus sejak dari usia dini. Namun menurut saya tidak banyak yang peduli dengan hal tersebut. Saya berharap gelaran seperti ini bisa membuat anak-anak di daerah makin semangat," tukasnya.
Pebulutangkis putra terbaik Indonesia itu pun berharap bahwa dari Yogyakarta juga bisa lahir bibit-bibit unggul yang kelak bakal mengharumkan nama bangsa.
"Yogyakarta memiliki sejarah melahirkan pebulutangkis nasional. Misalnya Finarsih, Tri Kusharjanto, Sigit Budiarto. Semoga dengan ini anak-anak bisa termotivasi dan terinspirasi," pungkasnya.
(nar/krs)