Hingga saat ini hanya tiga negara yang pernah jadi juara Piala Thomas. Menjadi kampiun 13 kali membuat Indonesia sebagai pemilik predikat juara terbanyak hingga saat ini. Itu ditambah dengan lima kali jadi runner-up.
Di masanya, pasukan Indonesia bisa mencatatkan torehan istimewa dengan naik podium tertinggi lima kali berturut-turut, sejak 1994 hingga 2002. Namun, dua tahun kemudian Indonesia kehilangan pamor. Dalam perhelatan 2004 Indonesia terhenti di semifinal usai dikalahkan Denmark 3-2.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukannya membaik, dua tahun kemudian, saat Piala Thomas Uber dihelat di Wuhan, China, Indonesia babak belur. Untuk pertama kalinya, tim tersingkir di perempatfinal 1958. Untuk pertama kalinya pula Indonesia kalah dari Jepang dalam tujuh kali pertemuan sejak 1970.
Di Wuhan itu pula China menyamakan rekor juara lima kali beruntun. China menjadi kampiun dengan menundukkan Korea Selatan 3-0. Mereka pun menambah koleksi gelarnya menjadi 9 kali, hanya terpaut empat dari Indonesia.
Di edisi 2012 itu Indonesia tak mengaum. Sang raja pulang dengan tertunduk dan pasukan kocar-kacir. Tim yang sudah kalah tak bisa langsung pulang secara rombongan. Beberapa pemain memutuskan merogoh kocek sendiri demi segera tiba di tanah air.
Buruknya manajemen PBSI kian mencoreng hasil memalukan yang sudah didapat. Maka, dengan perombakan pengurus dan manajemen yang terlihat kian oke, ekspektasi pun diusung setinggi langit.
Christian Hadinata, manajer tim Thomas sekaligus mantan pemain nsionalmenyimpan harapan besar agar trofi tersebut kembali dibawa pulang. "Dua tahun lalu, lima kali juara itu sudah disamai. Jangan sampai kita biarkan China bikin rekor baru," kata Christian.
Keteledoran saat menyiapkan tim nasional ke Wuhan direduksi. Satu modal sudah dimiliki: yakni menjadi unggulan pertama. Saat penentuan unggulan, para pebulutangkis putra Indonesia memang menunjukkan prestasi yang sip.
Sebagai gambaran, Tommy Sugiarto ada di urutan ketiga dunia. Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan ada di peringkat pertama dunia.
China yang menjadi pesaing kekuatan raksasa bulutangkis dunia justru jadi unggulan kedua. Sektor ganda "Negeri Panda" memang sedang naik turun. Begitu pula di nomor tunggal.
Malaysia yang menjadi satu di antara tiga negara yang pernah menjadi juara Piala Thomas belum juga bangkit lagi. Malaysia belum dapat menelorkan pemain sekelas Lee Chong Wei lagi di sektor tunggal atau Koo Kien Kea/Tan Boon Heong dari nomor ganda.
Bekal sebagai unggulan pertama itu pun dipoles dengan persiapan yang tidak seperti sebelum-sebelumnya. Sebelum memutuskan tim inti, PP PBSI memboyong tim bayangan ke Kudus, Jawa Tengah.
Para pemain tetap dihadapkan pada latihan rutin yang memang sudah menjadi makanan sehari-hari. Tapi mereka juga diuji dengan minimnya fasilitas pribadi dan situasi kota yang jauh dari hingar bingar hiburan sampai pagi. Satu atmosfer yang juga terlihat berbeda adalah munculnya matan-mantan pemain dalam agenda simulasi dan pelepasan tim.
"Setidaknya daftar unggulan itu jadi pertanda, sudah saatnya Piala Thomas itu kembali kemari," ujar Alan Budikusuma, mantan pemain nasional. Alan tak menampik rivalitas dengan China akan tetap panas. Tapi bukan berarti negara lain seperti Korea Selatan, Jepang dan Denmark, bisa diremehkan.
"Jangan merasa kalah dulu sebelum tanding. Para pemain China juga 'kan juga manusia. Mereka bisa dikalahkan," kata Simon Santoso, salah satu pemain Thomas menyemangati rekan-rekannya.

(fem/a2s)











































