Melongok Dapur Tim Thomas Uber di India

Laporan dari New Delhi

Melongok Dapur Tim Thomas Uber di India

- Sport
Selasa, 20 Mei 2014 09:50 WIB
Melongok Dapur Tim Thomas Uber di India
detikSport/Femidiah
New Delhi -

Di atas lapangan, para pemain tim Thomas Uber Indonesia sedang berjuang meraih sukses. Di balik layar, ada sejumlah orang yang ikut berjuang tak kalah kerasnya untuk menyokong usaha itu. Bagian dapur, misalnya, yang bertanggung jawab atas urusan perut.

Untuk kali pertama PP PBSI membawa-serta koki dalam sebuah turnamen. Tujuannya tentu saja demi membuat para pemain bisa fokus total ke pertandingan dan tak perlu pusing-pusing memikirkan makanan asing--yang terkadang tak cocok di lidah.

Nah, di gelaran Piala Thomas Uber di New Delhi, India, kali ini PP PBSI menggandeng KBRI di sana untuk mengurusi perihal makanan. Aksi dari para "pejuang dapur" ini bertempat di gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia di New Delhi. Pada hari Senin (19/5/2014) kemarin detikSport berkesempatan melongok aktivitas mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ketika disambangi detikSport, terlihat ada Dewi Tutwuri Handayani (46 tahun) yang sedang memotong-motong daging. Ada pula Hurusmaida Alimin (51 tahun) menggoreng tahu. Sementara Sahril Enggelete (29 tahun) terlihat asyik membereskan isi kulkas dua pintu yang sesak dengan bahan makanan lain.

"Malam nanti tim tidak makan dari dapur ini. Jadwal hari ini tim beli makanan siap santap. Jadi kami bisa sedikit bersantai," kata Hurusmaida.

Aktivitas hari ini, lanjut perempuan yang akrab disapa Maida itu, sekadar nyicil pekerjaan untuk hari Selasa (20/5) ini. "Biasanya jam segini sudah sibuk. Bahkan kami harus melibatkan beberapa OB (office boy) untuk bantu-bantu," imbuh perempuan berambut sebahu itu.

Ruangan berukuran 2x3 meter di wisma KBRI New Delhi itu memang seolah-olah disulap menjadi dapur sebuah rumah makan. Aktivitas memasak hanya berhenti saat malam. Mulai pagi hingga petang, seluruh kru sibuk berat. Wajar, mengingat porsi yang dimasak bukan untuk empat sampai lima orang, melainkan buat 50 orang; para pemain, barisan pelatih, dan ofisial tim.

Sebagai gambaran, untuk satu kali aktivitas makan saja tim dapur harus memasak 7,5 kilogram beras, 9 kilogram daging, dan ukuran serupa untuk udang, ayam dan telor. Tahu dan kacang-kacangan jadi menu wajib. Yang membedakan, menu pagi tak harus disiapkan. Tim dapur hanya meracik logistik untuk siang dan malam hari.

Tugas untuk meracik makanan buat para pemain sendiri ada di tangan Dewi dan Sahril, dua koki yang diboyong PP PBSI dari pelatnas Cipayung. Dewi sudah setahun di Cipayung sedangkan Sahril telah dua tahun menjadi koki pelatnas.

"Baru pertama kali ini PBSI membawa koki dalam sebuah turnamen. Kami asyik-asyik saja meskipun tugas jadi berlipat ganda. Biasanya di Cipayung kami masak berlima satu kali shift tapi di sini cuma berdua," kata Dewi.

Maida yang punya jabatan kepala rumah tangga KBRI kemudian ditanggap jadi penanggung jawab kebutuhan bahan makan yang harus dibelanjakan. Dia sekaligus menjadi guide dua koki dari Jakarta itu.

"Saya bertugas memastikan belanjaan beres karena saya sudah tahu medan di sini. Dokter gizi PBSI (Laila Hamid) selalu memberikan daftar makanan dan tim sudah tahu apa yang harus dibelanjakan, jadi tidak repot-repot mata," katanya.

Sementara Kedubes RI untuk India Rizali W. Indrakesuma menyambut hangat kegiatan di dapurnya tersebut, toh ide membuat dapur tersebut datang dari dirinya sendiri. Kebetulan dia berjumpa dengan salah satu pengurus PBSI saat turnamen India Open April lalu. Dari situlah mereka sepakat untuk memudahkan urusan makan di Piala Thomas Uber kali ini dengan menggelar dapur di kedutaan.

"Bagi kita orang timur 'kan memang maunya selalu guyup. Apalagi sama-sama di rantau. Kami akan bantu saudara dalam batas kemampuan," ucap Rizali.

(fem/krs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads