Fitriani, si Anak Tukang Cuci, Meretas Asa Menjadi Juara Dunia

Fitriani, si Anak Tukang Cuci, Meretas Asa Menjadi Juara Dunia

- Sport
Kamis, 29 Jan 2015 14:47 WIB
Badminton Indonesia
Jakarta -

Fitriani. Nama dia memang belum begitu setenar Bellaetrix Manuputty atau Adriyanti Firdasari dalam panggung bulutangkis, tapi prestasinya moncer setahun belakangan ini. Siapa dia?

Fitriani menjadi pusat perhatian di GOR Lila Bhuana, Denpasar pada 25 Januari. Kala itu, dia membuat kejutan dengan mengalahkan Firda--sapaan karib Adriyanti Firdasari--, pemain berpengalaman dan pernah jadi nomor satu nasional yang memperkuat Jaya Raya Jakarta, dengan skor 13-21, 12-21 pada laga perdana babak penyisihan Grup C Djarum Badminton Superliga 2015. Kemenangan itu menghidarkan USB Blibli dari hasil memalukan, meskipun tetap kalah 2-3.

"Enggak nyangka saya bisa menang. Soalnya waktu tampil itu sebenarnya sempat ada rasa deg-degan juga, namanya lawan sudah senior kan. Tapi ada rasa pengen membuktikan juga," ungkap Fitri ketika berbincang dengan detikSport.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bagi perempuan kelahiran Garut, Jawa Barat 27 Desember 1998 tersebut kemenangan itu menjadi penampilan terbaiknya. Sebab, baru setahun terakhir ini dia naik kelas ke senior. Kebersamaan di pelatnas memang pernah dirasakan Fitri, tapi dia masih jadi anak magang di Cipayung pada 2013. Sebaliknya, Firda sudah jadi pemain paling senior di tunggal putri.

Barulah di tahun berikutnya, Fitri mendapatkan kesempatan menjadi salah satu penghuni pelatnas. Peluang-peluang lebih besar pun didapatkan dia dalam persaingan bulutangkis. Dia pun yakin suatu hari bakal jadi andalan nasional seperti Firda.

Meski begitu, Fitri tak pernah melupakan keluarga dia. Komunikasi dengan kakaknya, Rohmat Abdul Rohman, masih terus terjalin. Acapkali si kakak menelepon untuk memberikan semangat atau mengoreksi penampilan dia.

Seperti ketika Fitri tampil kurnag oke saat menghadapi pemain Hong Kong Yip Pul Yin yang memperkuat Gifu Tricky Panders pada Selasa (26/1). Fitri menyerah dalam dua gim langsung 14-21, 18-21. Ia juga gagal menyumbangkan poin untuk timnya usai digebuk pemain Thailand rangking 22 dunia, Nicahon Jindapon, 12-21, 8-21 pada pertandingan Rabu (28/1).

"Dapat teguran dari kakak lewat telepon. Dia tanya kenapa aku mainnya jelek, ketinggalan jauh sekali angkanya. Ya, memang kemarin merasa kurang lepas aja permainannya, jadi hasilnya seperti itu," kata Fitri.

Dengan profesi yang sama, dua kakak beradik itu memang sudah biasa saling kritik. Berkat kakaknya pula, Fitri mengenal bulutangkis.

"Pertamanya lihat kakak latihan bulutangkis, dia atlet klub Exist, jadi dari situ jadi ikutan pengen jadi atlet. Kayaknya enak gitu, Mba, mainnya. Trus bisa jalan-jalan juga kan," ujar pengidola Susi Susanti itu.

Fitri juga tak pernah lupa untuk menyisihkan hadiah dari turnamen kepada orang tuanya. Dia sangat paham pengorbanan yang sudah diberikan Dede Abdul Rochman dan Eti Sukmiati. Raket, sepatu, dan bahkan kedua orang tuanya rela meninggalkan profesi lama sebagai pedagang kaki lima menjadi tukang cuci di klub Exist, klub di mana Fitri dan kakaknya bergabung.

"Bapak ibu kerjanya pedagang kaki lima, itu waktu aku masih kecil. Nah, pas saya pindah dari klub Genesha ke Exist, baru ayah ibu juga ikut pindah. Kami nginap di asrama bersama-sama. Bapak ibu di sana juga kerjanya bantu-bantu cuci baju atlet di sana."

‎Kenyataan itu sama sekali tak mengganggu Fitri. Sebaliknya, dia justru menjadikannya sebagai motivasi untuk mengubah ekonomi keluarganya agar bisa lebih baik lagi. Makanya ketika ia mendapatkan hadiah uang dari prestasinya menjadi juara Bupati Cup Tangerang 2005, buru-buru ia langsung menyisihkan uangnya untuk kedua orang tuanya.

"Ngapain malu‎. Fitri bisa jadi seperti ini juga berkat dukungan dari orang tua. Mereka selalu mendukung Fitri setiap mau bertanding, di doain supaya menang," katanya.

Kini, Fitri tengah menjajaki kariernya sebagai seorang pebulutangkis profesional. Dia juga menyimpan mimpi besar tak sekadar menjadi atlet pelatnas, dia juga bercita-cita untuk menjadi juara dunia.

"Cita-cita saya dari dulu ingin masuk pelatnas. Dan, jika Allah mengijinkan saya ingin menjadi Juara Dunia," sahutnya mantap.

"Kalau target tahunnya belum bisa pastikan karena poin saya sampai sekarang juga masih sedikit. Makanya paling perbanyak turnamen yang diikuti. Tapi turnamen mana saja pelatih yang tahu karena program semua di beliau," terang dia.

Satu jalan sudah didapatkan. Dia menjadi penggawa pelatnas sejak tahun lalu. Sejauh ini, Fitri sedang dalam masa penjajakan di ajang internasional. Dia menjadi semifinalis International Challenge di Bahrain. Dia juga baru saja menjadi perempatfinalis Maybank Malaysia Kuching International Challenge 2014. Jangan patah semangat Fitri!



(mcy/fem)

Hide Ads