Menguji Keampuhan 'SABR'-nya Federer

AS Terbuka

Menguji Keampuhan 'SABR'-nya Federer

Kris Fathoni W - Sport
Senin, 07 Sep 2015 19:03 WIB
AFP/Jewel Samad
New York -

Aksi Roger Federer di AS Terbuka 2015 mengundang perhatian tersendiri berkat aksi yang sudah membuat lawan kelabakan. SABR, demikian Federer menamakan gerakan itu.

Gerakan SABR sejatinya sudah dimunculkan petenis Swiss 34 tersebut dalam turnamen pemanasan semacam di final Cincinnati lalu ketika menang 7-6(1), 6-3 atas Novak Djokovic dalam tempo 90 menit.



SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pada dasarnya SABR melibatkan gaya tenis "chip and charge"--yang dulu biasa diadopsi petenis bertipe serve and volley--pada servis lawan. Tidak praktis macam "chip and charge", dengan gerakan SABR ini Federer pertama maju lebih dulu lalu mengembalikan bola secara half volley sedemikian dekat dari garis servis dan terus merangsek ke arah net untuk membuat lawannya lengah dan kelabakan.

Itulah Sneak Attack By Roger (SABR), sebuah gerakan tiba-tiba dari Roger dalam menerima servis lawan, yang kebetulan pelafalannya mirip seperti Sabre (Pedang, atau 'Sabel' yang menjadi senjata di anggar--red).

"Tahu tidak, kami iseng-iseng mengarang nama untuknya. 'Sneak Attack By Roger', 'Sabre'. Silakan sebut 'Fed Attack', atau apa saja yang Anda mau, tapi kami pikir namanya lucu juga kan," ceplos Federer di AFP.

Sebagai petenis yang dikenal punya teknik oke, kecepatan bagus, dan pukulan-pukulan jitu, tambahan amunisi Federer di AS Terbuka kali ini membuatnya jadi lebih variatif dan sukar ditebak di atas lapangan.

Menariknya, SABR sendiri lahir dengan tidak sengaja. Federer berkisah bahwa itu terjadi pada sebuah latihan antara dirinya dengan Benoit Paire. Saat itu Federer masih jet lag dan Paire mengalami infeksi kuping.
Β 
"Aku amat lelah dan dia pun begitu, jadi pada akhirnya kita sepakat, 'Okelah, ayo main beberapa game karena memang harusnya itu yang kita lakukan'. Kemudian aku sudah hendak berhenti tapi (pelatih) Severin (Luthi) menyarankan main beberapa game lagi untuk membiasakan diri dengan kondisi," tutur Federer.

"Aku bilang, 'Terserah sajalah. Ayo main beberapa game lagi'. Dan pada prosesnya kami malah lebih banyak bergurau, dan saat itulah aku bilang 'Oke, aku akan melakukan chip and charge untuk memendekkan perebutan poin ini'. Saat itu aku mulai berlari dan mengembalikan bola. Aku membuat beberapa winner. Konyol sekali. Ia (Paire) tertawa. Aku tertawa. Severin tertawa," bebernya.

Federer mengaku tidak pernah membayangkan bakal menggunakannya untuk pertandingan dan adalah saran dari Luthi yang lantas membuat SABR kemudian eksis di pertandingan.

"Severin bilang, 'Kenapa tidak menggunakannya dalam pertandingan?' Reaksiku kaget juga. Jadi ia terus membujukku untuk menggunakannya dan tidak sungkan melakukannya pada saat-saat penting. Ia praktis yang mendorongku untuk melakukannya. Dan juga karena kami senantiasa bicara mengenai taktik. Maju ke depan adalah sebuah opsi. Jelas aku gembira itu sudah berhasil di Cincy," sebut Federer.

SABR di atas kertas merupakan strategi agresif yang punya risiko walaupun sejauh ini Federer masih menuai manfaat dengan keberhasilannya menembus babak keempat tanpa kehilangan satu set pun.

Di babak pertama Federer menang 6-1, 6-2, dan 6-2 atas Leonardo Mayer dalam partai yang berlangsung 77 menit saja. Di babak kedua Federer berjaya 6-1, 6-2, dan 6-1 dari Steve Darcis setelah bertarung 80 menit. Di babak ketika Federer menundukkan Philipp Kohlschreiber dengan 6-3, 6-4, dan 6-4 dalam pertandingan selama 93 menit. SABR tak absen dari laga-laga itu.



Akan tetapi, juara 17 grand slam tersebut kini harus memutuskan bagaimana mengefektifkan SABR di partai babak keempat nanti mengingat lawan yang ia hadapi, John Isner, merupakan petenis bertipe big server yang punya servis-servis keras dan cepat. Jika sukses lagi maka boleh jadi para penggemar tenis akan lebih sering melihat aksi Federer dengan SABR-nya dalam beberapa waktu ke depan.

Di AS Terbuka sendiri Federer sudah lima kali juara walaupun baru sekali ke final dalam enam tahun terakhir. Wimbledon 2012 menjadi kali terakhir ia juara grand slam.




(krs/mrp)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads