Di dunia tenis tugas memungut atau mengambil bola dalam pertandingan umumnya diserahkan kepada anak-anak atau remaja--putra maupun putri. Itu mengapa sebutan untuk mereka adalah ball boy atau ball girl. Sedikit beda dengan AS Terbuka.
Pada dasarnya di AS Terbuka urusan tersebut memang tidak didominasi oleh anak-anak kecil atau remaja saja. Salah satu alasannya adalah karena di grand slam ini bola yang didapat si pemungut bola harus dilemparkan, bukan cuma digelindingkan, sehingga butuh tenaga lebih.
Maka jadilah sebutan ball boy atau ball girl jadi terasa tidak lagi tepat. Keberadaan sosok yang tak lagi anak-anak atau remaja lebih tepat membuat mereka disebut sebagai ball person.
Nah, keadaan bertambah "spesial" lagi tahun ini. Orang dewasa lebih dibutuhkan untuk jadi ball person di AS Terbuka.
Secara garis besar hal itu tidak lepas dari kombinasi dua hal: tanggal turnamen yang sedikit mundur dari tahun-tahun sebelumnya--sekitar satu pekan--dan jadwal masuk sekolah yang lebih cepat dari biasanya di New York tahun ini.
"Tak pernah terjadi seperti ini sebelumnya," kata Tina Taps, sosok yang bertanggung jawab atas sosok pemungut bola di AS Terbuka, seperti dikutip Wall Street Journal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada hari pertama lenganku cenut-cenut," ucap Bernadette Campbell (53 tahun) pensiunan polisi yang menjadi ball person pemula di AS Terbuka, mengisahkan pengalamannya ketika harus melemparkan bola-bola tenis dalam menjalankan tugasnya.
Campbell sebenarnya rutin bermain softball ketika masih aktif di kepolisian. Di AS Terbuka ia juga ditemani temannya, Colleen Brady (55 tahun), yang sama-sama telah bertugas 20 tahun di kepolisian. Di turnamen kali ini mereka duduk bareng dengan sekumpulan remaja.
"Aku pantas jadi nenek anak-anak ini," ucap Brady. "Anda lihat bagaimana sprint anak-anak ini? Kalau aku lari seperti itu kakiku bisa langsung kena hamstring."
(krs/din)