Hei 'Genie' Bouchard, Kapan Bangkit Lagi?

Hei 'Genie' Bouchard, Kapan Bangkit Lagi?

Femi Diah - Sport
Kamis, 21 Jan 2016 18:11 WIB
Hei Genie Bouchard, Kapan Bangkit Lagi?
REUTERS/Brandon Malone
Jakarta -

Seperti baru kemarin Eugenie Bouchard menghebohkan jagat tenis dunia. Tapi kini namanya tenggelam dan (rasanya) butuh waktu lebih lama untuk bangkit lagi.

Bouchard meninggalkan Rod Laver Arena pada Rabu (20/1/2016) dengan luka mendalam. Dia melambaikan tangan dan menutupi sebagian wajahnya seolah ingin menutupi kesedihannya.

Petenis Kanada itu memang harus angkat koper. Dia dikalahkan Agniezka Radwanska dari Polandia dengan skor 4-6, 2-6.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tapi rupanya, masih terselip kegembiraan di antara luka itu. Bouchard mendapatkan penawar rindu untuk tampil di turnamen grand slam lagi.

"Saya sudah menunjukkan betapa saya mencintai tenis dan betapa saya ingin tampil di turnamen lagi. Saya bisa gila kalau tak melakukan apapun," ucap Bouchard.

Bouchard memang belum lama comeback pada persaingan tenis dunia. Dia mengawali langkah dengan tampil di Beijing pada Oktober tahun lalu.

Bukan sebuah comeback yang mulus karena ada masalah keluarga yang membayangi dalam kekalahan Bouchard di turnamen berikutnya, di Hobart pada 16 Januari 2016.

"Saat bangun tidur saya ingat masalah di rumah. Saya jadi tak bisa menjaga fokus di babak final," kata petenis yang akrab disapa Genie itu.

Ya, Bouchard memang dipaksa untuk masuk ruang perawatan selama satu bulan sebelum bisa tampil pada turnamen di Beijing itu. Dia harus beristirahat usai kecelakaan di ruang ganti Arthur Ashe Stadium pada 4 September 2015.

Kejadian itu berlangsung setelah dia melakoni pertandingan di ganda campuran bersama Nick Kyrgios pada 4 September. Tak kuat dengan rasa sakit, dia memutuskan mundur dari nomor ganda campuran itu. Dalam prosesnya, dia juga mundur dari dua nomor lainnya, tunggal putri dan ganda putri bersama Elena Vesnina.

Setelah kecelakaan itu, Bouchard merasakan banyak keluhan. Dia menjadi amat sensitif terhadap cahaya, sering kali bingung, dan sakit kepala. Latihan pun tak bisa dilakukan. Otomatis, dia juga tak sia tampil di berbagai turnamen.

Di bulan berikutnya, Bouchard mengajukan gugatan kepada USTA dan National Tennis Center AS. Dia menyebut kedua pihak itu sudah teledor dan mengakibatkan dirinya terpeleset, terjatuh, kemudian menderita cedera di kepala.

Barulah setelah dinyatakan pulih, Bouchard bisa kembali berlatih. Dia amat paham jika harus memulai segalanya dari awal. Sebab, sebelum tampil di Australia Terbuka prestasinya juga mulai merosot.

Justru di AS Terbuka itu, Bouchard mulai menunjukkan hasil yang menjanjikan lagi setelah rentetan torehan-torehan buruk yang dibukukannya sejak bulan Februari 2015.

***

Jika disimak, adalah kekalahan dari Maria Sharapova (Rusia) di babak perempatfinal Australia Terbuka 2015 yang menjadi penanda akhir laju bagus yang dibuat Bouchard sejak naik level ke kelompok dewasa. Sampai di babak perempatfinal itulah Bouchard mendapatkan peringkat terbaiknya, kelima dunia.

Rintisan ke peringkat lima dunia itu dibuatnya dengan waktu relatif singkat. Berawal dari gelar juara Wimbledon junior di tahun 2012, Bouchard sudha mengejutkan dunia di turnamen grand slam. Dia menumbangkan petenis unggulan, Ana Ivanovic di babak kedua.

Hasil itu mendongkrak ranking dunianya. Di akhir tahun 2013, Genie berada di peringkat ke-32 dunia, melompat 100 trap selama tahun itu. Hasil manis itu membawanya untuk dinobatkan sebagai Petenis WTA Pendatang Baru Terbaik 2013.

Dengan peringkatnya itu, Bouchard sudah masuk daftar petenis unggulan Australia Terbuka 2014. Lagi, lagi sebuah hasil sip dibukukan dengan menumbangkan Ivanovic. Kali ini di babak perempatfinal. Tapi langkah perempuan dengan tinggi 179 centimeter itu terhenti di semifinal. Dia dikalahkan Li Na (China) yang akhirnya keluar sebagai juara.

Bouchard juga memastikan diri sebagai petenis Kanada kedua yang mencicipi semifinal Grand Slam sejak Carling Bassett-Seguso pada 1984.

Sejak itu, popularitasnya makin meroket. Di usianya yang baru 19 tahun, dia disebut-sebut sebagai the 'next Maria Sharapova' lantaran piawai 'menjual diri'.

Lihatlah, Bouchard sudah memiliki fans fanatik yang selalu ada di tiap turnamen yang diikutinya. 'Genie Army' begitu mereka menyebut kumpulannya sendiri.

Masa-masa bulan madu mereka terus bergulir dengan manisnya capaian Bouchard. Peringkat Bouchard juga terus terdongkrak. Si petenis berambut pirang itu masuk 20 besar, kemudian berlanjut lolos jajaran top ten usai menjadi juara di Nuremburg, menjadi semifinalis Prancis Terbuka, dan menjadi finalis Wimbledon--dikalahkan Petra Kvitova.

Berlanjut di Amerika Serikat Terbuka, Bouchard bisa menjejak sampai babak keempat. Kemudian dia kembali tampil sebagai finalis di Wuhan. Lagi, lagi Bouchard harus mengalah kepada Kvitova.

Hasil-hasil itu mengantarkan Bouchard tampil di WTA Finals dan finis di urutan ketujuh dunia. Di akhir tahun dia diganjar WTA’s Most Improved Player of 2014.

Tapi sejak itu, sejak dikalahkan Sharapova itu, Bouchard tak menunjukkan tajinya sebagai rising star lagi. Di antara turnamen Indian Wells dan Prancis Terbuka, dia lebih sering kalah. Hasil terburuk dibukukan di Roland Garros. Dia kalah dari petenis nonunggulan, Kristina Mladenovic, di babak pertama. Sebulan kemudian, hasil serupa dibukuan di Wimbledon.

Peringkatnya pun terjun bebas. Bouchard terdepak dari urutan 20 besar dunia. Luka itu makin mendalam ketika dia harus meninggalkan Amerika Serikat Terbuka dengan luka di kepala itu.

Ternyata, bukan baru kemarin Bouchard kehilangan tempatnya di papan atas. Mampukah dia menjawab prediksi publik yang menyebutnya sebagai 'the next Maria Sharapova'?
Β 
Radwanska memprediksi Bouchard tak butuh waktu lama untuk bangkit dan memulai kejutan-kejutannya lagi. "Pukulan-pukulannya amat berbahaya. Saya bisa menang karena saya lebih konsisten. Itu saja," kata Radwanska.

Semoga!

(fem/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads