Merindukan Senyuman Lebar Rafael Nadal

Merindukan Senyuman Lebar Rafael Nadal

Okdwitya Karina Sari - Sport
Selasa, 23 Feb 2016 13:50 WIB
Merindukan Senyuman Lebar Rafael Nadal
Jakarta - Terakhir kali Rafael Nadal mengangkat trofi juara pada Juni tahun lalu saat juara di Hamburg. Terakhir kali itu pula Nadal memperlihatkan senyuman lebar di atas lapangan.

Di turnamen permukaan tanah liat itu, Nadal mengalahkan Fabio Fognini di final, dua set langsung dengan skor 7-5, 7-5. Petenis Spanyol itu lantas berlutut di atas lapangan dengan mengepalkan kedua tangannya ke atas, sebelum berdiri menyalami lawan di net.

Sebagai tanda keberhasilannya itu, Nadal berhak atas sebuah piala berwarna perak yang berbentuk menyerupai baling-baling. Dengan pose khasnya, Nadal menggigit trofinya itu, memperlihatkan barisan gigi-gigi rapinya serta lesung pipi yang terlihat jelas ketika dia tersenyum lebar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Senyuman yang kini semakin dirindukan oleh jutaan penggemarnya di seluruh dunia..

Tanpa mengecilkan pencapaiannya juara di Hamburg, 2015 boleh dibilang adalah tahun terberat dalam karier seorang Nadal. Hanya tiga titel juara yang diraihnya, itu pun turnamen-turnamen minor usai juara juga di Buenos Aires dan Stuttgart.



Kali itu juga Nadal untuk pertama kalinya gagal menjuarai Grand Slam, setelah selalu berhasil membawa pulang paling tidak satu titel sejak 2005. Memang, peforma Nadal menurun drastis.

Tapi harapan Nadal kembali ke performa puncaknya tumbuh setelah AS Terbuka. Peraih 14 titel Grand Slam ini empat kali menembus semifinal di empat dari lima turnamen terakhir, termasuk maju ke final di China Terbuka dan Swiss Indoors.

Tapi harapan fans untuk melihat Nadal yang dulu belum akan cepat terwujud di 2016. Setelah kalah telak dari Novak Djokovic di final Qatar 1-6, 2-6, Nadal berturut-turut meraih hasil mengecewakan. Petenis kidal ini langsung keok di Australia Terbuka dari Fernando Verdasco dalam duel lima set usai tertinggal dua set awal. Berikutnya ia disingkirkan peringkat 19 dunia Dominic Thiem di semifinal Buenos Aires.

Terakhir, Nadal terdepak di babak yang sama di Rio de Janiero minggu lalu. Si kidal ini dikalahkan petenis peringkat 45 dunia Pablo Cuevas tiga set 7-6 (6), 6-7 (3), 4-6. Kalau Anda menyaksikan pertandingannya dari televisi, begitu mudahnya Nadal memberikan angka bagi Cuevas dan tentu saja ini bikin gregetan.

"Aku hanya kehilangan sebuah peluang, itu saja," kata Nadal seusai pertandingan. "Aku bertarung sampai akhir. Aku harus menerimanya dan terus mencoba mengubah dinamika. Itu yang terjadi hari ini.

"Aku tidak memenangi gelar, jadi bukan dua turnamen [terakhir] yang positif. Aku punya peluang di keduanya. Aku kalah di semifinal di dua turnamen dan sekarang aku cuma harus menantikan [turnamen berikutnya] Indian Wells."

Sah-sah saja apabila Nadal memberikan jawaban diplomatis seperti itu. Toh, apalagi sih yang akan dia lakukan [setelah kalah] selain menatap pertandingan berikutnya?

Tapi pertanyaan terbesarnya adalah: Jika di turnamen-turnamen minor, yang tidak diikui oleh Djokovic, Roger Federer, dan Andy Murray, saja Nadal gagal juara, sampai sejauh mana dia bisa bersaing dengan rival-rivalnya di sisa musim ini?

Di usia dia yang akan genap 30 tahun pada Juni nanti, mudah-mudahan masih ada sisa senyum Nadal di tahun ini.





(rin/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads