Di Piala Thomas kali ini, Indonesia mengirim skuat yang didominasi pemain muda. Bisa dikatakan hanya Hendra Setiawan, Mohammad Ahsan, dan Tommy Sugiarto yang merupakan pemain senior.
Di sektor tunggal putra, selain Tommy, tiga pemain muda menjadi andalan. Mereka adalah Jonatan Christie (18 tahun), Anthony Sinisuka Ginting (19 tahun), dan Ihsan Maulana Mustofa (20 tahun). Sementara penggawa muda yang mengisi nomor ganda ada nama Angga Pratama/Ricky Karanda Suwardi dan Kevin Sanjaya Sukamuljo/Gideon Marcus Fernaldi. Dengan materi pemain yang dimiliki serta modal juara di Kejuaraan Beregu Asia, target kampiun pun dipatok PBSI di Piala Thomas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tapi Indonesia harus puas menjadi runner-up. Dalam pertandingan final di Kunshan Sport Center, Minggu (22/5/2016), tim 'Merah Putih' kalah 2-3 dari Denmark.
Mantan pebulutangkis Indonesia, Susy Susanti, mengakui Denmark memang lebih unggul di sektor tunggal putra. Namun, bisa mencapai final dengan materi pemain saat ini dinilai Susy bukan prestasi yang biasa-biasa saja bagi Indonesia.
"Tim Thomas sampai final itu sudah merupakan prestasi yang cukup baik meski kita kurang beruntung. Dari hitung-hitungan prestasi dan ranking, Denmark memang di atas kita khususnya di tunggal," ujar Susy dalam perbincangan dengan detikSport.
"Sebenarnya kita sudah tahu, tapi kita masih berharap karena ganda kita cukup kuat. Sesuai prediksi, kalau kita mau menang, ganda harus ambil dua poin dan satu dari tunggal. Dari susunan pemain, mulai Tommy, Jonatan, Anthony, sampai Ihsan memang rankingnya di bawah tunggal Denmark semua."
"Meski kalah tapi mereka sudah menunjukkan perjuangan yang luar biasa. Kita kalah terhormat. Karena untuk mencapai final saja tidak mudah, karena banyak tim-tim kuat seperti China yang justru gugur di babak awal, sesuatu yang tidak kita prediksi. Mereka bahkan hanya sampai babak delapan besar. Tapi itulah pertandingan di mana persaingan saat ini sangat ketat dan kita tidak bisa prediksi siapa yang akan menang," lanjut peraih medali emas Olimpiade 1992 itu.
Meski Indonesia kalah, Susy melihat ada titik terang dalam regenerasi di sektor putra. Pemain-pemain muda yang ada saat ini dinilai istri Alan Budikusuma itu bisa jadi andalan di masa depan.
"Kekalahan ini sebenarnya harapan baik buat kita meski kalah. Melihat tim yang dikirim, tim kita diisi oleh pemain-pemain muda. Kekalahan ini bukan akhir segalanya, justru ada harapan baru. Kemenangan yang tertunda," ucap Susy.
"Pemain-pemain muda kita menunjukkan prestasi. Secara keseluruhan saya melihat penampilan tunggal putra muda kita menjanjikan dan membawa angin segar untuk perbulutangkisan Indonesia," ucapnya.
(nds/krs)