Indonesia Terbuka tahun ini menjadi penampilan terburuk bagi tuan rumah. Untuk pertama kalinya, sejak turnamen ini dimulai pada 1982, tak ada wakil tuan rumah yang menjejak babak final setelah satu-satunya wakil di semifinal, Ihsan Maulana Mustofa, tersingkir.
Catatan lain adalah tumbangnya para tumpuan di babak kedua. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan, Greysia Polii/Nitya Krisinda Maheswari, dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir tersingkir di babak kedua. Saat turnamen baru mencapai babak perempatfinal, Indonesia tinggal menyisakan lima wakilnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanya: Setelah kegagalan ini apa yang akan dilakukan PBSI?
Jawab (Rexy): Dengan para pemain --Hendra/Ahsan, Greysia/Nitya, dan Owi/Butet serta Jorda/Debby-- mereka malah tersingkir cepat. Saya akan mengevaluasi pelatih dan pemain Selasa nanti. Apakah karena pengumpulan poin Olimpiade sudah selesai lantas mereka kendor.
T: Apa yang membuat PBSI paling kecewa dalam turnamen ini?
J: Komentar Tontowi (setelah tersingkir) membuat saya kecewa. Setelah kekalahan itu, dia bilang kalau dia tertekan karena harus juara. Kami tidak mengharuskan dia harus juara, tapi semestinya dialah yang ingin juara. Dia pernah juara dunia dan All England. Statemen itu tidak profesional. Tertekan pasti karena ini Indonesia Open. Tapi, kalau di sini saja dia tertekan bagaimana di Olimpiade?
T: Kira-kira kenapa Tontowi dan Liliyana kalah dari pasangan baru dari Denmark, Kim Astrup/Line Kjaersfeldt?
J: Kekalahan itu lebih kepada mungkin Owi melihat pemain tunggal putrinya yang adalah pemain tunggal. Jadi Owi menjadi tidak fokus dan mengikuti emosi.
T: Dari analisis sementara apa yang harus dilakukan PBSI dalam waktu dua bulan menuju Olimpiade?
J: Saya rasa evaluasi kepada cara bermain. Seperti misalnya di nomor mix double (ganda campuran, red), permainan para pemain putri sudah berubah. Jadi, Owi harus menyesuaikannya. Hendra/Ahsan harus lebih detail menganalisis permainan mereka sendiri dan lawan-lawan lewat video permainannya.
T: Cukupkah waktu dua bulan ini?
J: Menuju Olympic (Olimpiade, red) waktu memang tidak banyak, tapi dengan waktu tersisa ada banyak yang bisa diperbaiki. Mereka mau atau tidak. Bagaimana menjaga peak performance pemain di Olimpiade.
T: Bagaimana dengan para pemain pelapisnya?
J: Para pemain pelapis kedua ini, mereka malah lebih siap. Tahun depan mereka tidak lagi bicara soal kejutan, tapi sudah harus siap menerima tantangan untuk bisa sampai ke babak apa.
T: Sejauh mana keyakinan untuk membuat target itu?
J: Terlihat dalam penampilan Anggia Shitta Awanda/Ni Ketut Istirani Mahadewi, mereka terlalu buru-buru ingin menang. Tapi tidak tahu bagaimana untuk menang di delapan besar.
(fem/roz)











































