Petenis Argentina itu benar-benar kesulitan menghadapi emosi sendiri ketika hendak melakukan game servis terakhirnya dalam kekalahan 6-7, 6-4, 3-6, dan 2-6 atas Stan Wawrinka di perempatfinal AS Terbuka 2016. Dengan waktu menunjukkkan pukul 1.00 dinihari waktu lokal--partai itu berakhir pukul 1.20 usai berlangsung 3 jam 12 menit--sejumlah penonton di Arthur Ashe Stadium bukan saja belum beranjak melainkan masih setia memberikan dukungan meriah buat Del Potro.
"Ole, ole, ole, ole, Delpo, Delpo," demikian sorak-sorai penonton ketika itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
here's that amazing del potro moment pic.twitter.com/GV8T4pU2LA
β Becca Laurie, PI (@imbeccable) September 8, 2016
Del Potro, juara AS Terbuka 2009, jadi salah satu pemain idola di turnamen ini berkat kisah perjuangannya kembali ke lapangan tenis dari cedera pergelangan tangan selama dua tahun terakhir. Akibat cedera tersebut petenis 27 tahun yang pada tahun 2010 lalu pernah berperingkat empat dunia itu pun sekarang menempati posisi di luar 140 besar.
"Sesuatu yang sulit untuk digambarkan dengan kata-kata," kata Del Potro di Eurosport ketika ditanya mengenai elu-eluan penonton buatnya. "Aku boleh saja kalah, tapi aku takkan pernah melupakan ini. Hal itu lebih bermakna dari partai mana pun."
Del Potro, yang di Olimpiade 2016 lalu berhasil menyabet medali perak, tampil di AS Terbuka tahun ini berkat wild card. Selepas cedera panjang, itu merupakan penampilan keduanya secara beruntun di ajang grand slam setelah sebelumnya mampu menembus babak ketiga Wimbledon. Dalam lajunya di Wimbledon saat itu, Del Potro menyisihkan Wawrinka yang kini gantian menyingkirkannya.
"Ini merupakan salah satu pertarungan terberat buat saya secara mental maupun fisik. Juan Martin adalah pemain luar biasa. Saya berusaha membuat reli-reli lebih panjang. Saya berusaha membuatnya lebih banyak memainkan bola-bola panjang, mendorongnya ke bagian belakang dan berusaha mendikte," tutur Wawrinka yang mengaku amat respek dengan Del Potro, seperti dilansir AFP.
![]() |
(krs/rin)