Bikin Prestasi PBSI Kembali dan Kekinian, Gita Siap Dievaluasi Habis-habisan

Bikin Prestasi PBSI Kembali dan Kekinian, Gita Siap Dievaluasi Habis-habisan

Femi Diah - Sport
Minggu, 30 Okt 2016 22:36 WIB
Foto: Dikhy Sasra
Surabaya - Gita Wirjawan menjabat sebagai ketua umum PBSI periode 2012-2016. Dia terpilih secara aklamasi pada pemilihan di Yogyakarta empat tahun silam.

Kini menjelang kepengurusannya habis, Gita kembali mencalonkan diri. Dia akan bertarung dengan Menkopolhukam, Wiranto. Pemilihan akan dilakukan Senin (31/10/2016) dalam acara Musyawarah Nasional (Munas) di Surabaya.

Gita akan melaporkan hasil kerja selama empat tahun pada Minggu (30/10) malam, kemudian dilanjutkan evaluasi dari 34 pengurus provinsi yang ada.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tidak ada perubahan secara struktural yang perlu diubah. Kesejahteraan atlet telah terbukti berkorelasi dengan prestasi, akuntabilitas di lapangan jelas, dan disikapi secara profesional oleh pengurus, serta kaderisasi sudah berjalan dengan baik. Ketiganya tinggal pendalaman," kata Gita.

Dari bidang ini, Gita berhasil memulangkan para pelatih terbaik yang sebelumnya berada di negara lain. Antara lain, Rexy Mainaky yang kini menjadi ketua bidang pembinaan dan prestasi PBSI, pelatih ganda putra Eng Hian, juga beberapa pelatih yang kini berada di klub seperti Imam Tohari dan Edwin Iriawan.

Secara prestasi, kabinet Gita berhasil mengembalikan tradisi emas di Olimpiade 2016 lewat ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Selain itu, kepengurusan PBSI periode 2012-2016 menjadi lebih modern. Utamanya, pada akuntabilitas keuangan dan penggarapan media sosial. Boleh dibilang PBSI menjadi satu-satunya pengurus olahraga yang memiliki akun twitter, instagram, dan bidang media yang komplet.

"Cuma komunikasi ke daerah, seperti yang tadi disampaikan Kemenpora lewat Pak Gatot, bagaimana agar mereka merasa memiliki kesuksesan di lapangan. Itu bisa dikaitkan dengan wacana desentralisasi," tutur Gita.

Menjelang Munas PBSI ini, ketidakpuasan terhadap kinerja kabinet Gita memang terkait perhatian ke daerah. Salah satu indikatornya adalah minimnya dana yang mengucur ke daerah.

Menurut informasi yang didapat di lapangan, semasa kepengurusan Gita tak ada lagi komisi prize money kepada pengurus provinsi dan klub setiap kali atlet pengprov atau klub yang menjadi juara. Selain itu, muncul keinginan pelatnas desentralisasi agar pembinaan atlet tidak melulu terpusat di Jakarta dan klub-klub di Pulau Jawa.

Sampai saat ini dukungan kepada Gita memang masih seimbang dengan Wiranto. Dua-duanya mengklaim didukung 18 pengurus provinsi (pengprov), padahal PBSI cuma memiliki 34 pengprov.

"Mereka bukan tidak puas. Mereka hanya ingin turut memiliki sukses di lapangan. Ini agak sedikit nyambung dengan konsep desentralisasi pelatnas, tapi harus ditopang dengan hal-hal yang bisa diukur secara akuntabel. Bukan semata-mata penggelontoran dana ke daerah agar semua itu bisa mengarah kepada hal yang benar pada pembinaan dan latihan," tutur Gita.

"Saya sih yakin (akan terpilih lagi). Siapapun, apapun, yang membawa kebaikan dan perbaikan kepada bulutangkis. Saya berpesan agar jangan sampai melupakan atlet," imbuh dia.

(fem/mfi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads