Jika Tersingkir, Rexy dan Eng Hian Siap Tinggalkan PBSI

Jika Tersingkir, Rexy dan Eng Hian Siap Tinggalkan PBSI

Femi Diah - Sport
Selasa, 01 Nov 2016 17:08 WIB
Foto: Femi Diah/detikSport
Jakarta - Pergantian ketua umum biasanya akan mengubah susunan pengurus dan barisan pelatih di pelatnas PBSI. Rexy Mainaky dan Eng Hian siap meninggalkan PBSI jika tak lagi terpakai.

Rexy dan Eng Hian dipulangkan dari negara lain pada kepengurusan PBSI 2012-2016. Kala itu Rexy tengah menangani Filipina, sedangkan Eng Hian melatih di Singapura.

Dipulangkannya dua sosok itu dianggap sebagai formula baru mendongkrak prestasi bulutangkis Indonesia. Sebagai gambaran, pelatnas PBSI sempat ditangani pelatih China, Li Mao. Tapi prestasi tak membaik, hingga puncaknya Indonesia gagal mempertahankan tradisi emas di Olimpiade 2012 London.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rexy dipercaya menjabat sebagai ketua bidang pembinaan prestasi. Eng Hian menangani ganda putri. Dalam perjalanannya, pelatnas PBSI bergairah lagi. Ganda putri juga bisa membuktikan diri kalau bisa berprestasi dengan meraih emas Asian Games 2014 Incheon.

Akhir tahun ini kontrak keduanya bersama PBSI habis. Dengan adanya kepengurusan baru kelanjutan masa kerja mereka pun masih tanda tanya.

"Saya masih santai dengan situasi ini. Saya sudah tahu kalau ganti kepengurusan maka kontrak juga putus.Kalau masih dipercaya monggo, kalau tidak, ya sudah," kata Eng Hian dalam obrolan dengan detiksport, Selasa (1/11/2016).

"Kalau soal program kerja dan fasilitas saya akui belum maksimal. Fasilitas yang saya minta di antaranya trek dan gym," tambah dia.

Senada, Rexy juga tak keberatan jika tenaganya nanti tak lagi dibutuhkan. Kontrak kerja dengan tuntutan mengembalikan emas sudah dipenuhinya.

"Kalau saya di sini tapi tak lagi bekerja di PBSI, Istri dan anak-anak yang ada di Malaysia bagaimana? Kalau tidak melatih, untuk apa saya di sini?" ucap Rexy.

"Saya kerja tahu ada risikonya. Sebagai pengurus saya bisa mengembalikan emas untuk Indonesia. Kalau kontrak saya tidak dilanjutkan lagi itu suatu konsekuensi yang harus saya terima. Malah saya bisa manfaatkan untuk berkumpul dengan keluarga. Selama tiga tahun ini saya tak bisa rutin ketemu anak-istri.

"Ini kenyataan yang harus dihadapi. Saya tidak tahu masa depan di PBSI. Kontrak sampai akhir tahun, dan tentunya saya bersyukur kalau dipercaya lagi," ujar Rexy.

Rexy mengakui pekerjaannya sebagai Kabid (Kepala Bidang) Binpres (Pembinaan dan Prestasi) di PP PBSI belum benar-benar selesai. Utamanya regenerasi tunggal putra dan putri.

"Ini bukan hanya pekerjaan rumah pengurus PBSI dan di pelatnas, tapi seluruh insan bulutangkis Indonesia. Kalau hanya mengharapkan PBSI akan sangat sulit. Semua insan bulutangkis, termasuk orang tua dan pelatih juga harus dilibatkan," tutur Rexy.

"Dengan emas Olimpiade 2016 semoga bisa memotivasi orang tua agar anak-anaknya bermain bulutangkis," harap dia.

(fem/a2s)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads