Kerber berhasil menjuarai dua dari tiga final turnamen Grand Slam pada tahun ini. Petenis berusia 28 tahun itu menjuarai Australia Terbuka (mengalahkan Serena di final); runner-up Wimbledon (dikalahkan Serena), sebelum jadi kampiun di AS Terbuka (mengalahkan Karolina Pliskova).
Setelahnya, petenis kidal itu lantas maju ke final turnamen elit akhir tahun WTA Finals di Singapura. Sekalipun gagal menjadi juara -- dikalahkan Dominika Cibulkova -- Kerber tetap dianggap telah meraih sukses besar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia sangat tangguh di tahun ini. Mengejutkan dengan memenangi dua Grand Slam. Serena masih memainkan tenis level tinggi tapi saya tidak ingat terakhir kali selain Serena, siapa lagi yang memenangi dua Grand Slam dalam setahun," kata Evert kepada CNN Sport.
"Dia sangat agresif, servisnya sedikit lebih menyengat; dia pada akhirnya menjadi seorang petenis kidal yang sesungguhnya seperti saat saya kesulitan melawan Martina. Dia maju dan melakukan voli, dan tidak ada petenis yang melakukannya dengan sudut yang amat sempit seperti Kerber. Saya juga menyukai kekuatan mental dia, dia benar-benar mendapatkan kekuatan besar," sambung pemilik 18 titel Grand Slam ini.
"Saat Garbine Muguruza memenangi Prancis Terbuka saya pikir 'OK, dia akan menjadi kekuatan' dan saya pikir dia memiliki peluang yang lebih baik untuk finis sebagai petenis nomor satu. Angelique datang tiba-tiba, tapi saya tidak menyangka dia bisa menjadi petenis nomor 1 di akhir tahun," timpal Navratilova.
"Dia benar-benar sedang memainkan tenis terbaiknya, yang paling konsisten, dan dia sangat percaya diri. Dulu dia sering marah kepada dirinya sendiri, dan tidak terkendali di beberapa pertandingan dan bahkan sampai kalah tapi sekarang dia siap untuk mengejar setiap poin. Beberapa pemain saat menjadi nomor 1 mereka membebankan tekanan yang terlalu besar pada diri sendiri, tapi dia berhasil."
(rin/mfi)











































