Jumat Sore di Senayan Bersama Rexy Mainaky

Jumat Sore di Senayan Bersama Rexy Mainaky

Mercy Raya - Sport
Jumat, 09 Des 2016 20:21 WIB
Foto: Femi Diah/detikSport
Jakarta - Masa depan Rexy Mainaky di PP PBSI belum jelas. Rexy santai menanggapi situasinya.

Ketua umum PP PBSI terpilih, Wiranto, telah mengumumkan kabinetnya. Di antara nama pengurus, tak tercantum nama Rexy yang pada kepengurusan sebelumnya menjabat sebagai ketua bidang pembinaan prestasi. Posisinya diisi mantan pemain nasional lain: Susy Susanti.

Sementara dengan kontrak yang habis akhir tahun ini, nasib Rexy bersama para pelatih masih menggantung. Sebab, hingga saat ini belum ada komunikasi dari pengurus anyar soal masa depan Rexy.

DetikSport mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan Rexy di kawasan Senayan, Jakarta Jumat (9/12/2016) petang. Dia menuturkan banyak hal, termasuk rencana ke depan dalam suasana yang hangat dan santai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut petikan wawancaranya.

Tanya (T): Saat pengumuman pengurus PP PBSI apakah menyangka nama Anda tak termasuk di dalamnya?

Jawab (J): Saya sama sekali tak memusingkan posisi saya saat itu. Saya selalu berprinsip posisi bukanlah sebuah hal yang harus dikhawatirkan berlebihan dan dijaga. Bagi saya, posisi adalah tempat saya harus kerja keras dan total.

T: Setelah pengumuman itu dan nama Anda tak ada di sana apakah ada komunikasi dengan pengurus baru?

J: Tidak ada. Terus terang sampai nama pengurus baru itu keluar, tidak ada pertanyaan dan permintaan apapun. Komunikasi itu tidak ada, tidak hanya kepada saya saja tetapi wartawan pun tidak tahu soal ini.

T: Kalau sama Pak Gita masih ada komunikasi?

J: Masih terus. Kami banyak berbicara dan tukar pikiran. Bapak Gita itu kan orangnya memang enak diajak ngobrol, karena dia bisa berkomunikasi dengan siapa saja. Istilahnya, sampai kemarin malam saja ada misscall dari dia, lalu saya telepon balik untuk berbicara. Terus terang Bapak Gita sampai bertanya, "Rexy apa yang bisa saya bantu?"

T: Apakah Anda sakit hati dengan situasi yang mendera ini?

J: Sejak awal saya sudah menyadari bahwa pekerjaan saya ini selalu mengandung risiko. Dengan kondisi yang ada saat ini, saya tak merasa sakit hati. Masing-masing kepengurusan mempunyai gaya sendiri-sendiri. Misalnya, Pak Gita memilih para pengurusnya orang-orang ini, sangat wajar kalau yang ini tidak lagi dipakai pada kepengurusan Pak Wiranto.

T: Sejak awal, saat dipanggil pulang ke Indonesia oleh Pak Gita apakah Anda telah siap yang seperti ini?

J: Tidak ada pikiran seperti itu. Terus terang ya, saya sudah terbiasa dengan sistem secara profesional (kontraknya). Saya kerja pertama jadi pemain, sistemnya kan jelas. Dengan menempatkan status kerja artinya ada konsekuensinya yang akan diambil. Jadi ketika Bapak Gita tidak terpilih, ya saya pikir biar saja.

Baca Juga: Tak Lagi Jadi Pengurus PBSI, Rexy Mainaky Akan Buat Akademi Bulutangkis

T: Ada alasan lain sampai bisa kuat hati seperti itu?

J: Kalau bicara di Inggris, bukan sombong, Inggris itu tetap ingin mempertahankan saya. Kalau saya tidak mau ke Malaysia, saya pasti sudah di sana terus untuk mengurus tim nasional. Tetapi, saya bilang saya ingin ada tantangan baru, ya mereka mengerti. Jadi istilahnya saya bekerja dan hasilnya ada. Maka mereka mempertahankannya. Kalau di Indonesia kan tidak, kalau kita berhasil belum tentu. Apalagi kalau gagal, ampun-ampun ha..ha..ha.

T: Pada akhirnya kembali ke Indonesia?

J: Pak Gita telepon saya, dia menaruh kepercayaan pada saya. Saya bilang,"Pak, saya tidak minta macam-macam, saya cuma ingin Bapak percaya sama saya atau tidak, kalau Bapak percaya saya datang. Karena saya biasa bekerja dengan kepercayaan. Saya tahu pekerjaan ini ada konsekuensinya, jadi saya tidak pernah bekerja untuk manjaga kursi saya. Lagipula, tanya semua pelatih yang melanglang buana kemana-mana, pasti akhirnya ingin menangani timnasnya sendiri.

T: Dengan kembalinya tradisi emas Olimpiade, bukankah selayaknya Anda dipertahankan?

J: Yang terpenting, dalam kepengurusan saya, saya sudah berhasil mengembalikan tradisi emas di Olimpiade untuk Indonesia. Saya berharap setelah dapat emas daerah-daerah akan kembali termotivasi untuk menelorkan atlet-atletnya, melakukan pembinaan. Biar mereka bisa semangat dan program yang jalan ini untuk mengangkat pelatih-pelatih daerah dan memotivasi mereka.

T: Apa rencana Anda dengan situasi ini?

J: Saya katakan bahawa saya masih enjoy dengan kehidupan saya dulu-lah. Saya berencana membangun akademi, juga ini jadi kesempatan saya untuk dekat dengan keluarga. Bisa sering-sering pulang ke Kuala Lumpur. Istri saya kan tinggal di sana.

T: Jadi baru kali ini istirahat sejak melatih timnas pertama?

J: Saya itu dari Inggris lima tahun, lalu Malaysia tujuh tahun dan Filipina satu tahun. Baru kemudian balik ke Indonesia empat tahun. Jadi lanjut terus belum pernah ada break. Baru kali ini saja.

T: Masih berminat menangani timnas negara lain?

J: Amin kalau ada yang memberi tawaran. Tapi sejauh ini hanya rumor saja soal tawaran itu karena ejauh ini belum ada.Tapi kita kan tidak tahu, waktu kan terus berjalan.

T: Kalau soal sampai kapan mau terus bergelut dengan bulutangkis?

J: Itu sama artinya seperti menyuruh saya berhenti bersentuhan dengan istri saya ha...ha...ha..



(mcy/fem)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads