Rexy Mainaky soal Kendala di Sektor Tunggal Putri

Rexy Mainaky soal Kendala di Sektor Tunggal Putri

Mercy Raya - Sport
Sabtu, 10 Des 2016 05:03 WIB
Foto: detikSport/Femi
Jakarta - Setelah ditetapkan sebagai Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PP PBSI, Susy Susanti dibebani banyak pekerjaan rumah. Salah satunya pembenahan sektor tunggal putri yang selama beberapa tahun terakhir tidak menonjol.

Rexy Mainaky, yang menjabat Kabidbinpres PP PBSI dalam kepengurusan sebelumnya, mengungkapkan kendala yang dihadapi sektor tunggal putri sehingga sulit berprestasi. Rexy menyebut pemain-pemain yang ada di pelatnas saat ini tidak punya role model sehingga tidak ada kemauan untuk berbuat lebih.

"Mereka ini anak-anak muda sekarang yang tidak punya seseorang yang patut dijadikan role model di tunggal putri. Lalu mereka dikerumuni oleh hasil-hasil orang yang buat mereka amazing. Jadi menurut mereka terlalu jauh jika mengejar sehingga muncul lah rasa minder dan perasaan jika latihan jalan, program jalan, tapi dalam pertandingan masih kalah. Padahal, pikiran takut kalah itu 'kan artinya dia tidak bisa menyiapkan diri untuk siap kalah. Itu kendala-kendala yang masih ada," kata Rexy ketika ditemui di FX Plaza, Senayan, Jumat (9/12/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebenarnya mereka harus berpikir untuk berbuat lebih. Artinya menumbuhkan kompetisi internal. Apalagi di tunggal putri kan belum ada yang benar-benar dijadikan panutan. Misalnya, motivasi untuk bisa juara di Indonesia Open, atau Jepang Open harus ada motivasi itu. Karena mau cari Susy Susanti, Rexy Mainaky, siapa saja, tapi kalau motivasi anak-anak tidak ada, (hasilnya) bakal sama. Satu-satunya motivasi mereka hanya bisa dilihat adalah ganda putri. Mereka di Asian Games juara kemudian super series juara, harusnya dengan begitu motivasinya tinggi dan timbul suasana kompetitif," lanjut dia.

Rexy mengatakan, keberhasilan seorang atlet 80 persennya ditentukan oleh mereka sendiri. Artinya bagaimana mereka memunculkan suasana kompetitif itu. Sementara 20 persennya berasal dari pelatih, artinya dalam pemberian program latihan dan hal-hal yang perlu dilengkapi. "Jadi kembali ke atletnya sendiri," kata dia.

Hal lainnya adalah persoalan mental, di mana pemain putri harus dibangun dari klub atau daerahnya. Karena saat ini hal itu yang dipandangnya kurang dilakukan oleh klub atau daerah.

"Harusnya klub dan daerah memikirkan bagaimana mempersiapkan atletnya menjadi atlet nasional. Kendalanya saat ini di klub-klub tidak punya tujuan itu, dari sisi atletnya sendiri sudah masuk pelatnas pun harusnya punya target lebih. Bukan sudah masuk lalu berpuas diri. Saat ini yang terjadi di klub-klub, pemain sudah kenal zona aman dan mereka tidak berani keluar dari zona tersebut," pungkas Rexy.

(mcy/mfi)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads