Cerita Marin soal Tangisan di Rio, Ice Cream dan Pantang Keluyuran Malam

Cerita Marin soal Tangisan di Rio, Ice Cream dan Pantang Keluyuran Malam

Femi Diah - Sport
Jumat, 06 Jan 2017 18:30 WIB
Foto: Clive Brunskill/Getty Images
Hyderabad - Carolina Marin masih menyimpan dengan jernih hal-hal terkait Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Termasuk tangisan saat memastikan medali emas, juga larangan ini itu. Seperti apa?

Marin berhasil membuat sejarah di Olimpaide Rio. Pebulutangkis Spanyol itu menjadi pemilik medali emas Olimpiade 2016 usai mengalahkan pemain India, SPV Sindhu, dengan skor 19-21, 21-12, 21-15.

Sukses itu membuat Marin sebagai pemain non-Asia pertama yang berhasil meraih medali emas Olimpiade dari nomor tunggal putri. Dia mengukirnya di usia 23 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dua bulan menjelang Olimpiade, saya menjalani persiapan gila-gilaan. Hampir setiap hari saya menangis setelah latihan karena badan saya terasa remuk. Bahkan pelatih saya bilang jenis latihan yang saya jalani ini tak akan diberikan kepada anak-anaknya," kata Marin seperti dikutip Times of India.

"Tapi ketika kalian menginginkan sesuatu kalian akan tetap mengerjakannya, bukan? Saat saya menang atas Sindhu, saya segera melompat dan menangis. Yang saya ingat saat itu adalah kerja keras saya, perjuangan sebelumnya... Saya bisa melakukan apa saja demi menggapai apa yang saya inginkan," tutur Marin.

Selama bersiap menuju Olimpiade, Marin tinggal di pelatnas di Madrid. Dia berlatih sehari tiga kali.

Tapi rupanya Marin bukan disiplin soal latihan saja. Dia juga membatasi acara nongkrong dengan teman, pacar, dan selektif memilih makanan.



"Hidup saya sangatlah berat, tak seorang pun akan memahaminya. Contohnya, saat saya ketemu pacar hal pertama yang saya bilang kepadanya adalah dukanya karena dia harus mengerti. Begitu pula teman-teman saya. Saya tak punya banyak waktu buat mereka. Saya tak bisa keluyuran sampai malam, karena saya harus tidur cepat. Saya harus mulai latihan pagi esok harinya. Itu sudah aturan yang harus dimengerti pacar, teman, dan semua orang yang ada di sekitar saya," jelas Marin.

"Di kampung atlet, di sana disediakan ice cream, banyak atlet yang menikmatinya. Saya tak percaya itu, ini saat kompetisi lho. Saya baru bisa menyantap ice cream itu setelah menjadi juara. Saya sama sekali tak menyantapnya saat pertandingan masih berlangsung. Sebenarnya diet saya tak terlalu ketat, cuma saya tahu apa yang harus saya makan: daging ayam, protein, sedikit karbohidrat. Sementara cake dan ice ceam tak masuk di dalamnya," imbuh pemain kidal itu.

Setelah Olimpiade berakhir dan latihan dimulai lagi, Marin mulai berani mengendurkan intensitasnya. Kini dia tinggal di rumah sendiri dan berlatih dua kali dalam sehari.

(fem/mrp)

Hide Ads