Gading Safitri, Paket All in One untuk Sony Dwi Kuncoro

Gading Safitri, Paket All in One untuk Sony Dwi Kuncoro

Femi Diah - Sport
Kamis, 23 Feb 2017 16:37 WIB
Foto: AFP PHOTO / MOHD FYROL
Jakarta - Sony Dwi Kuncoro didampingi pelatih, manajer, yang sekaligus istrinya Gading Safitri, dalam tiap pertandingan. Sebuah paket all in one.

Sony yang tenggelam dalam kurun waktu lebih dari satu tahun, tepatnya setelah tercoret dari pelatnas PBSI, terlihat lagi. Arek Surabaya itu menjadi pusat perhatian saat menjadi juara di Singapura Terbuka 2016.

Sukses itu seolah menjadi jawaban Sony terhadap ejekan publik yang menyebut sudah semestinya dia pensiun. Sony sudah tua, begitu mereka bilang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, tak cuma itu. Sukses di Singapura sekaligus menjadi kisah romantis dari lapangan bulutangkis.

Usai memastikan kemenangan atas Son Wan Ho (Korea Selatan) di babak final, Sony segera berlari ke arah bangku pelatih. Dia spontan memeluk perempuan dengan rambut dikuncir itu.

Dalam konferensi pers yang dilansir Badminton Indonesia, Sony secara spesial memberikan ucapan terimakasih kepada wanita tersebut.

My wife, my Coach, my Manager n my everything ❀ #premierbadmintonleague2016

A post shared by Sonydwikuncoro (@sonydwikuncoro) on



"Terimakasih juga untuk pelatih saya, yang juga istri dan manajer saya, all in one," kata Sony.

[Baca Juga: Sony Dwi Kuncoro Menaruh Kebanggaan dan Masa Depan di GOR Enam Lapangan]

Ya, perempuan yang duduk di bangku pelatih itu adalah istri Sony. Dia Gading Safitri. Sony menikahi Gading di Surabaya pada 24 Juli 2009. Kini mereka dikaruniai dua putri, Divya Amanta Kuncoro dan Naraya Aisha Kuncoro.

Saat masih bersama-sama mulai mengenal bulutangkis keduanya sudah sama-sama tahu. Hingga kemudian mereka kembali dipertemukan pada tahun 2002 di GOR Kertajaya, Surabaya tepat pada saat Indonesia Open. Gading nonton, sedangkan Sony tampil sebagai pemain yang boleh dibilang belum punya nama.

Beberapa bulan sejak perkenalan itu, mereka pun jadian. "Sony nembak lewat telepon," kenang Gading.

Gading memang bukan mantan pemain top. Dia juga bukan pelatih berpengalaman. Namun Gading pernah menekuni bulutangkis.

Gading bahkan bukan cuma bertindak memberi instruksi dan semangat dari bangku pelatih, dia sekaligus memberikan penanganan pijat ketika Sony bakal turun dan usai bertanding.

Gading pula yang mengatur kejuaraan apa saja yang bakal dijalani Sony. Perempuan yang juga berasal dari Surabaya itu sekaligus yang mengurus tiket penerbangan dan pemesanan hotel setiap kali Sony melakukan tur.

"Awalnya kami berpikiran praktis, sayang kalau pergi cuma sebagai pendamping. Kan malah menghabiskan uang," kata Gading.

Proses menjadi pelatih sejatinya tak datang begitu saja. Sebab, Gading lah yang mampu mengembalikan passion Sony terhadap bulutangkis lagi setelah masa-masa berat Sony terdegradasi dari pelatnas.

[Baca Juga: Masa-Masa Berat Sony Setelah Tinggalkan Pelatnas]

"Saya beranikan diri untuk terus memompa semangat dia agar lebih serius menjalani latihan bulutangkis. Kemudian saya tawarkan bagaimana kalau saya menjadi pendampingnya, dalam artian bukan sekadar pendamping," ungkap Gading.

"Meski saya bukan pemain top, saya dulu juga menekuni bulutangkis. Lagipula kalau soal teknik Sony sudah memahaminya. Saya bisa kasih program latihan kapan saya harus memberikan menu latihan tinggi, kapan harus turun. Semua saya komunikasikan dengan Sony.

"Setiap kali bertanding saya tak melulu melihat kesalahan Sony. Sebagai pendamping Sony, saya juga harus instrospeksi, tidak boleh bertindak seperti anak kecil," ungkap dia.

Dalam perjalanannya, mereka tak hanya bekerja sama di lapangan. Tapi, Sony dan Gading juga bersama-sama mewujudkan impian membangun Sony Dwi Kuncoro Badminton Hall di Surabaya. Hall itu diresmikan 10 Februari 2017.

(fem/rin)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads