Semua Mata ke All England, Taufik Hidayat: Semua Karena Rudy Hartono

All England

Semua Mata ke All England, Taufik Hidayat: Semua Karena Rudy Hartono

Femi Diah - Sport
Senin, 06 Mar 2017 19:17 WIB
Semua Mata ke All England, Taufik Hidayat: Semua Karena Rudy Hartono
Foto: Rengga Sancaya
Jakarta - All England menjadi turnamen bergengsi sebagai turnamen tertua. Bagi masyarakat Indonesia punya daya tarik tersendiri karena faktor Rudy Hartono.

All England sudah dimulai sejak 1898. Sejak pertama kali digelar, ajang itu sudah pindah rumah sampai delapan kali. Di antara stadion-stadion yang pernah menjadi homebase All England, Wembley Arena dan Barclaycard Arena yang memiliki kesan mendalam bagi para pemain Indonesia.

Pada dua stadion itulah, wakil-wakil Merah Putih mengukir sejarahnya. Termasuk ketika Tan Joe Hok menjadi wakil Indonesia pertama yang menjadi juara All England, tahun 19659. Sejak itu, Indonesia berhasil mengoleksi 44 gelar. Rudy menjadi pemain paling sukses dengan meraih delapan gelar juara dnegan tujuh di antaranya didapatkan beruntun (1968-1974). Satu gelar lainnya didapatkan pada tahun 1976. Rekor itu belum terpecahkan hingga kini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bahkan, Rudy telah menciptakan rekor saat menjadi juara di tahun 1968. Rudy, pria kelahiran Surabaya 18 Agustus 1949, menjadi pemain termuda sebagai juara All England. Waktu itu dia berusia 18 tahun dan tujuh bulan.

Situs resmi turnamen menyebut Rudy memiliki kecepatan yang tak bisa ditandingi para pemain lawan pada era tersebut. Dalam situs resmi All England sebuah penilaian istimewa disematkan kepada penampilan Rudy dalam final tahun 1974. Rudy melawan pemain Malaysia Punch Gunalan.

"Pergerakan Rudy seperti dewa-dewa Yunani. Perilakunya di lapangan sangat sempurna, sportif, dan dia sosok yang sopan."

Taufik memberikan respek terhadap rekor-rekor Rudy itu. Taufik yang mencatatkan berhasil meraih juara Indonesia Terbuka enam kali kesulitan untuk meraih titel All England bahkan hingga dia memutuskan pensiun.
Rudy Hartono Rudy Hartono Foto: Rengga Sancaya

Taufik mengakui daya magis All England sebagai turnamen tertua. Selain itu, ada sebuah beban tambahan berkat warisan Rudy.

"Saya belum beruntung di All England, bahkan tak akan pernah terjadi (menjadi juara) he he he. All England ini memiliki level yang sama dengan Indonesia Open, tapi turnamen ini adalah turnamen tertua. Saat super series lainnya belum punya nama, All England sudah menjadi turnamen besar," kata Taufik dalam obrolan dengan detikSport, Senin (6/3/2017).

"Kini setelah sama-sama punya predikat super series, All England tetap menjadi turnamen yang paling bergengsi. Saya merasakan sendiri, auranya memang berbeda. Wasit dan hakim garis yang bertugas adalah mereka-mereka yang sangat berpengalaman.

"Selain itu, saya merasakan beban lebih setiap kali tampil di sini karena masyarakat kita sangat aware terhadap All England. Situasi itu muncul karena catatan rekor Rudy Hartono," tutur Taufik sembari bersiap-siap terbang ke Inggris.


Juara All England tunggal putra dari Indonesia:

Tan Joe Hok: 1959
Rudy Hartono: 1968-1974, 1976
Liem Swie King: 1978, 1979, 1981
Ardy B. Wiranata: 1991
Haryanto Arbi: 1993, 1994




(fem/din)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads