Bertanding di Plenary Hall Jakarta Convention Centre (JCC) Senayan, Kamis (15/6/3017), Jonatan kalah dari Chen Long. Dia takluk dua gim langsung 9-21 dan 7-21.
Dengan kegagalan Jonatan ini, tunggal putra pun habis. Dia mengakui kehebatan pemain tunggal asal China itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya juga sudah coba menyerang, tapi sekali lagi ini Chen Long. Jadi memang tak mudah mati dan mental di pertandingan tadi dia juga kuat. Makanya itu yang mungkin kurang pas," sambungnya.
Jojo yang tak bisa keluar dari tekanan mengaku kurang puas dengan permainannya saat melawan Chen Long. Bukan karena beban menjadi satu-satunya tunggal putra yang tersisa, tapi strategi yang dia terapkan memang tak berjalan.
"Tidak ada beban sama sekali tapi lebih ke kurang puas dengan permainan tadi. Jujur kalau kalah inginnya tidak seperti tadi, tapi all out dan mati-matian. Tapi apa yang saya terapkan tadi tidak jalan dan saya tak ada kesempatan menekan dia," ujar Jojo.
"Semua pemain ingin menang tapi saya sendiri tidak ada fokus untuk membuat dia menang. Soalnya tadi saya coba main enak dulu, saya tahu dia bukan pemain sembarangan, dia juara Olimpiade, jadi saya tahu tak akan mudah. Tapi saat di lapangan saya tak bersiap untuk itu," sambungnya.
Jonatan tak punya banyak waktu untuk bersantai setelah tersingkir di Indonesia Open. Dia akan mengikuti Australia Terbuka pada 20-25 Juni mendatang.
"Waktu persiapan sangat sedikit tinggal beberapa hari lagi. Paling menjaga pikiran saja itu yang penting karena terus terang hasil tadi mengecewakan sekali buat saya," katanya.
Jojo tak mempunyai target tinggi di turnamen selanjutnya. Minimal lebih baik dari sebelumnya, melewati babak pertama.
"Di Australia saya tidak mau berekspetasi tinggi karena musuhnya berat-berat. Terutama Hu Yun (Hong Kong), kalau bisa melewati itu paling ketemu Lin Dan dan Victor Axelsen. Jadi fokus Hu Yun, setidaknya melewati babak pertama, ya mau dapat lebih banyak poin lagi," kata Jonatan.
(mcy/cas)











































