Tontowi/Liliyana sudah meraih impian setiap atlet di jagat raya. Mereka pemilik medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Sukses itu menjadi puncak karier Owi/Liliyana setelah berhasil hat-trick All England (2012-2014) dan menjadi juara dunia 2013.
Namun, Tontowi/Liliyana belum habis. Meski menunjukkan penampilan yang naik turun setelah Olimpiade Rio, mereka berhasil menjadi penyelamat muka Indonesia. Duo pemain PB Djarum Kudus itu sekaligus menghentikan paceklik gelar tuan rumah di Indonesia Open.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada, Liliyana puas dengan sukses itu. Apalagi, sejak awal dia mengungkapkan keinginan besarnya untuk bisa menjadi juara Indonesia Open bersama Tontowi.
"Sebenarnya Olimpiade itu sudah merupakan pertandingan paling berat buat kami. Masa persiapan dengan keinginan besar itu buat kami tegang dan tidak bisa tidur, turun berat badan, ya semua lah," kata Butet, panggilan karib Liliyana Natsir.
"Tapi jadi kepuasan tersendiri bagi kami ketika bisa juara di rumah sendiri. Apalagi ditonton keluarga, teman-teman yang selalu dukung, para pecinta bulutangkis yang begitu antusiasnya karena mereka mungkin juga sudah rindu kami juara di kandang sendiri. Jadi, karena itu kami tidak ingin tampil mengecewakan.
"Tadi kami cuma berpikir bagaimana kami main maksimal, all out, apapun itu harus kerja keras dan tidak menyerah sebelum game 21. Puji Tuhan akhirnya berhasil dan kami bersyukur berhasil hari ini," ungkap Liliyana yang menjadi juara Indonesia Open di tahun 2005 dan 2008 itu.
(mcy/fem)