Suporter bulutangkis Indonesia memang fanatik. Mereka memiliki tuntutan tinggi terhadap para pebulutangkis nasional yang tampil dalam ajang internasional.
Nah, Indonesia Open menjadi satu tempat kopdar alias kopi darat untuk mendukung langsung di stadion setiap tahunnya. Seperti sudah menjadi tradisi, mereka akan selalu membuat berisik venus Indonesia Open. Seperti pula tahun ini mulai 12-18 Juni di venue baru, Plenary Hall Jakarta Convention Center.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
[Baca Juga: Rivalitas Panas Mathias Boe Vs Suporter Indonesia]
Tapi rupanya, menurut mantan pemain nasional Christian Hadinata, fans bulutangkis Indonesia saat ini tak segalak dulu lagi.
"Main di rumah sendiri itu tidaklah mudah. Tekanan pasti sangat besar. Setelah menghadapi tekanan lawan, pemain harus tertekan dengan harapan suporter," kata Christian beberapa waktu lalu.
"Tapi, di era sekarang suporter cukup baik, beda di era saya. Kalo saya main di rumah sendiri itu deg-degan juga karena komentar-komentarnya sangat "luar biasa", kalau main jelek disuruh pulang. Terus ada yang bilang 'kok main kaya gini bisa jadi pemain nasional, apa tidak salah pilih?' itu cukup mengganggu telinga saya," ungkap dia.
Senada, Ivana Lie yang pernah menjadi juara Indonesia Open 1983 dan 1984 menilai kalau suporter bulutangkis Indonesia saat ini sudah lebih dewasa.
"Betul sekali kalau penonton dulu itu lebih galak. Kalau kami kalah apalagi dengan cara yang sangat mudah maka mereka akan memberikan kata-kata yang sadis. Bahkan, kadang kala ada botol minuman terbang ke tengah lapangan. Kalau sekarang sangat dewasa, jauh lebih dewasa. Mereka tetap memberikan dukungan dan respek meski kalah," tutur Ivana,
"Kalau dalam kasus Boe, dia sampai marah begitu merespons suporter Indonesia seharusnya jangan sampai marah. Memang secara etika tidak bagus juga kata-kata yang dipilih untuk menurunkan mental Boe/Mogensen. Kata-kataya tidak enak, hanya saja kan dibawakan dengan nyanyian jadi masih ada fun-nya," tutur Ivana,
(fem/din)