Anthony sukses mengukuhkan diri sebagai juara Korea Open Super Series usai mengalahkan rekannya, Jonatan Christie, dalam laga all indonesia final. Anthony menang atas Jonatan dengan skor 21-13, 19-21, dan 22-20 dalam pertandingan di HK Handball Stadium, Minggu (17/9/2017).
Sukses ini menjadi sejarah tidak hanya bagi Anthony, tapi juga untuk tunggal putra Indonesia di turnamen bulutangkis super series. Setelah Sony Dwi Kuncoro dan Simon Santoso menjadi finalis Indonesia Open 2008, baru kali ini tercipta all Indonesian final lagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Walau ada anggapan jagoannya tidak turun (Victor Axelsen, Lee Chong Wei, Lin Dan, dan Chen Long), tapi menurut saya mereka tetaplah juara. Tidak peduli ini itu, yang penting juara. Juara kan susah," Sony menambahkan.
Sony juga mengingatkan agar PBSI maupun Anthony dan Jonatan menjadikan hasil di Korea itu sebagai pijakan meraih hasil yang lebih oke. Sebab, lawanlawan juga bakal lebih waspada jika bertemu dengan Anthony dan Jonatan di turnamen berikutnya.
"Tapi juara di Korea ini baru pertama. Semoga buat atlet menjadi lebih waspada. Artinya, si atlet sudah seharusnya paham posisi dia dimana dan jangan lekas puas. Pikirannya juga harus sudah diubah. Jangan berpikir jago kandang tetapi harus melihat ke luar, karena pesaing sebenarnya ada di sana," Sony mengingatkan.
"Paling tidak dengan titel ini bisa membuat mereka lebih percaya diri. Misalnya, Lee Chong Wei pernah juara super series ini, saya juga kok, masa tidak bisa mengalahkan. Jadi harus ada pikiran positif, jika saya dengan latihan seperti ini bisa juara, berarti jika lebih ditingkatkan bisa saja meraih prestasi yang levelnya lebih tinggi lagi," ujar arek Surabaya itu.
"Kepada pengurus jangan hanya bangga saja. Tapi harus berpikir 'oh, saya punya ini' artinya kita mampu. Jadi yang di bawah-bawahnya diciptakan lagi seperti Anthony dan Jonatan. Bila perlu ciptakan lima sampai sepuluh orang mereka. Harus lebih didorong," jelas Sony.
(mcy/fem)