Dua titel itu didapatkan Indonesia dari ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu dan ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir. Mreka naik podium tertinggi di Prancis Terbuka.
Torehan Greysia dan Pariyani cukup membetot perhatian publik. Sebab, mereka tampil bukan sebagai unggulan. Sudah begitu, Greysia/Apriyani mencapai final dengan mengalahkan juara dunia 2017 dari China, Chen Qingchen/Jia Yifan, di partai semifinal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hasil di Denmark dan Perancis sangat baik, karena kami mampu merebut dua gelar super series dan khususnya di ganda putri yang sudah 20 tahun tidak juara di Prancis," kata Susy Susanti, Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, seperti dikutip Badminton indonesia.
"Semoga hasil ini memberi semangat baru dan menular ke atlet sektor lain, agar dapat memacu diri, kerja keras, untuk dapat menghasilkan prestasi terbaik di kejuaraan-kejuaraan penting yang akan datang," dia menambahkan.
Puas dengan sektor ganada, Susy menyoroti sektor tunggal, baik putra maupun putri. Dia meminta agar para pemain tunggal mampu menunjukkan konsistensi.
"Tunggal putra dan tunggal putri masih belum konsisten, butuh fokus kematangan dalam menghadapi setiap lawan, serta kesiapan dalam menghadapi lawan yang berbeda-beda," Susy mengatakan.
"Untuk tunggal putri, kami masih harus kerja keras untuk bisa masuk rangking elit dunia, kami usahakan dalam waktu satu-dua tahun yang akan datang untuk bisa mencapai prestasi yang lebih tinggi seperti di level super series," ujar pemilik medali emas Olimpiade 1992 itu.
Di sektor tunggal, Anthony menjadi pemain yang melaju paling jauh. Dia berhasil mencapai babak perempatfinal Prancis terbuka setelah terhenti di babak pertama Denmark terbuka. Jonatan Christie sampai di babak pertama Prancis Terbuka dan babak kedua Denmark Terbuka.
Hanna Ramadini hanya sampai babak kedua Prancis Terbuka. Adapun Dinar Dyah Ayustine sudah lebih dulu tersingkir pada babak pertama turnamen yang sama.
(fem/krs)