Deretan Gelar Juara yang Tak Disangka-sangka Tontowi Ahmad

Deretan Gelar Juara yang Tak Disangka-sangka Tontowi Ahmad

Femi Diah - Sport
Senin, 06 Nov 2017 20:10 WIB
Tontowi Ahmad, pebulutangkis nasional ganda campuran (Hasan Alhabshy/detikSport)
Jakarta - Juara All England sudah, juara dunia juga dan Olimpiade 2016 Rio de Janeiro juga telah didapatkan Tontowi Ahmad. Dia tak pernah menyangka mengoleksinya.

Keputusan kontroversial pelatih pelatnas PBSI di nomor ganda campuran, Richard Mainaky, menceraikan Nova Widianto dengan Liliyana Natsir pada 2010 menjadi berkah bagi Tontowi Ahmad. Dia mendapatkan tugas sebagai pengganti Nova untuk berpasangan degan Butet, sapaan karib Liliyana.

Posisi itu tak didapatkan bak mendapatkan durian runtuh. Waktu itu, Owi, sapaan karib Tontowi Ahmad, bersaing dengan dua pemain putra dari sektor ganda campuran lainnya; Mohammad Rizal dan Devin Lahardi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat beberapa turnamen, Owi memenangi persaingan itu. Ambisi untuk jadi juara di dalam diri Owi terbaca oleh Richard. Sejak jauh-jauh hari tugas utama mereka adalah mempertahankan tradisi emas Olimpiade.

Keputusan Richard jitu. Mereka bisa dengan cepat klop dan meraih gelar juara Makau Gold Grand Prix 2010. Mereka juga mampu unjuk gigi saat tampil di turnamen super series dengan menjadi juara India Open 2011. Kemudian bsia mengukir nama dengan tinta emas sebagai juara All England 2012.

Tapi mereka justru terpeleset dalam ujian besar. Mereka gagal meraih medali dari Olimpiade 2012 London.

Hasil itu tak membuat mereka dipisahkan. Tontowi/Liliyana dipertahankan dan diproyeksikan tampil di Olimpiade 2016.

Empat tahun kemudiaan Owi dan Liliyana membayar lunas utang di London itu dengan meraih emas di Rio de Janeiro. Di babak final, Owi dan Butet mengalahkan Chan Peng Soon/Goh Liu Ying dari Malaysia.

Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir merayakan medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir merayakan medali emas Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Foto: Reuters

Selain itu, mereka mengukir memori indah dengan dua kali juara dunia. Titel juara diciptakan di Guangzhou pada 2013 kemudian diulang di Glasgow pada 2016.

Owi dan Butet juga mengoleksi gelar juara All England lagi setelah sukses 2012 itu. Mereka mencatatkan hattrick juara pada gelaran 2014. Hingga Prancis Terbuka 2017 akhir Oktober, mereka sudah mendapatkan 16 gelar juara super series dan super series premier.

"Kalau ditanya nyangka atau tidak, saya benar-benar tak pernah menyangka bisa juara olympiade, juara dunia, dan All England," kata Tontowi di pelatnas Cipayung, Senin (6/11/2017).

Hanya saja, setiap kali Owi menengok perjalanan sejak masih bocah, ketika diperkenalkan bulutangkis oleh ayahandanya, sampai dipoles Richard di pelatnas, setiap kali itu pula Owi bersyukur berada pada jalur dan lingkungan yang tepat. Kerja kerasnya selama ini tak sia-sia.

"Saya sering flashback dan saya rasa saya patut mendapatkannya. Saya latihan dan berfokus di sini. baik mental maupun fisik. Kalah menang, saya lewati semua ujian di sini," dia menuturkan.

Tugas Owi dan Liliyana belum rampung. Mereka dipersiapkan untuk tampil pada Asian games 2018 Jakarta dan Palembang.



(fem/cas)

Hide Ads