Jonatan cemerlang di Asian Games 2018 dengan meraih emas. Tapi, dia belum mampu melaju jauh di empat turnamen perorangan sesudahnya. Jojo, sapaan karib Jonatan, terhenti di babak pertama Jepang Terbuka, babak kedua China Terbuka, semifinal Korea Terbuka, dan putaran kedua Denmark Terbuka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada sedikit ke sana (mengutamakan multievent dan beregu). Saya memantau dia beberapa pertandingan multievent dan beregu, mainnya selalu luar biasa. Sangat positif, tapi di perorangan harusnya dia juga bisa mengubah itu. Bahwa, di perorangan jangan seperti itu, artinya ini sama pentingnya. Aduh gimana ya, karena kemungkinan saat di beregu teman-temannya juga main, dan dia tak merasa sendiri. Nah, dia juga harus berusaha untuk memindahkan event itu di perorangan juga," Susy mengungkapkan.
"Harusnya dia punya pikiran yang sama karena ini bagus untuk dia. Jadi ya mungkin cara berpikirnya harus diubah bahwa setiap pertandingan itu penting. Tapi butuh proses lah," ujar dia.
"Ya, intinya memang untuk melepaskan cara berpikir memang butuh waktu. Dia harus meyakini diri dan menempa diri dari pukulan-pukulan serta menambah lagi kemampuan dan kualitas dia. Karena dengan menjadi juara Asian Games, orang berlomba, dan mengarah ke dia. Mau tak mau dia harus lebih siap lagi dan membuktikan lagi bahwa tidak hanya multievent tapi open turnamen perorangan," kata Susy menyoal cara mengubah pola pikir atletnya tersebut.
"Intinya terus belajar agar kematangan cara bermain, mengambil keputusan di lapangan saat sulit, lebih baik lagi. Sehingga dia bisa mensejajarkan dengan atlet elit dunia yang lainnya," kata Susy.
Tonton juga 'Jonatan Christie Buka-bukaan di d'Happening':
(mcy/fem)