Dalam pertandingan yang bergulir di Istora, Senayan, Kamis (24/1/2019), Praveen/Melati sempat memberi perlawanan Zheng Siwei/ Huang Yaqiong. Tapi, mereka kandas dua gim langsung 16-21, 12-21.
"Dari awal memang kami ketinggalan dan mengejar angkanya terlalu pelan, jadi untuk mengejar poin lagi suda kesulitan. Kami tertekan terus bahkan sampai mau mengembalikan keadaan saja tak bisa sampai akhir," kata Praveen usai pertandingan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diakui Praveen, bersama Melati, dia sudah salah dari awal. Jika saja lebih cepat unggul mungkin akan berbeda hasilnya.
"Menghadapi tipe permainan seperti itu, khususnya pemain China, memang dari startnya harus bagus. Cuma memang tadi tak seperti yang kami harapkan," ujarnya.
"Kalau menurut saya kami memang selangkah di belakang pemain China dan perlu dikoreksi. Kami kurang tahan, banyak mati sendirinya. Ya banyak hal yang masih perlu diperbaiki," Melati menimpali.
Meski demikian, kata Melati, dibandingkan saat di Denmark Open 2018. Penampilan mereka menunjukkan perbaikan. Saat itu mereka dihajar 14-21, 7-21.
"Di Denmark malah lebih parah. Sejauh ini kami merasa ada kemajuan. Walau tak signifikan lumayan," katanya.
Hasil tahun ini menurun ketimbang pencapaian Praveen/Melati di Indonesia Masters 2018. Mereka menembus semifinal dan terhenti di babak empat besar itu setelah dihentikan seniornya, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.
"Jika bicara undian kami sebenarnya tak pernah memilih bertemu siapa dulu. Dari pertama memang langsung bertemu China, yang notabene juara Korea Open. Kemudian lolos di babak kedia bertemu Zheng Siwei, ya kami tetap ngotot. Jadi enggak ada harap milih enteng dulu atau bagaimana. Enggak ada," kata Jordan.