Pelepasan skuat Indonesia itu dilakukan di Hotel Atlet Century, Senayan, dengan mencium bendera Merah Putih. Dari mulai Mohammad Ahsan, Jonatan Christie, hingga Gregoria Mariska Tunjung.
Sebelum sesi cium bendera, Wiranto memberikan wejangan kepada atlet. Dia membuka memori saat Indonesia pertama kali juara di Piala Sudirman pada 1989 di Jakarta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tunggal putra Indonesia, Eddy Kurniawan berhasil mengalahkan Sun Han-Kok 15-4, 15-3. Sedangkan ganda campuran Indonesia, Eddy Hartono/Verawaty Fajrin mengandaskan Park Joo Bong/Chung Soo-young 18-13 dan 15-3. Indonesia pun juara Piala Sudirman 1989 setelah menang 3-2 dari Korea Selatan.
"Saat itu, Susy Susanti sebagai single penentu bisa main dengan kesetanan sehingga skor yang seharusnya dia kalah, bisa dibalikan menjadi menang. Set pertama kalah, set kedua ketinggalan 10-7, tinggal satu poin dari lawan, tapi dia bisa ngejar dan berakhir 12-10, set ketiga dia bisa tekuk 11-0. Ini kan bukan cuma teknis permainan tapi juga mental itu," kata Wiranto.
"Makanya tadi saya sampaikan itu supaya pemain kami di Piala Sudirman ini bisa punya mental seperti Susy Susanti di tahun itu. Karena sekarang lebih ketat lagi, jagoan-jagoan dunia yang bakal kami hadapi. Tapi kami tidak boleh kecil hati, apalagi tadi sudah cium bendera semoga satu fighting spirit yang luar biasa," ujarnya.
Wiranto sendiri mengatakan sudah rindu melihat Indonesia bisa menjuarai kejuaraan beregu. Dia pun berharap di usia PBSI yang ke-68 tahun, menjadi momen kebangkitan bulutangkis Indonesia.
"Perseorangan kan sudah bagus. Terbukti pada tahun 2017 kita sudah bisa menyabet 36 gelar, pada 2018 kami mendapat 51 gelar, tentunya itu merupakan satu hal yang positif. Tinggal kita memperbanyak pemain sehingga beregu kita juga bisa menang, apakah Thomas Cup, Uber Cup atau Sudirman," dia mengharapkan.