Jonatan memulai tur Asia-Australia 2019 sejak Mei dengan menjadi juara New Zealand Open dan Australia Open, kemudian menjadi runner-up di Japan Open. Selain itu, dia sampai di babak perempatfinal Indonesia Open.
"Evaluasi Indonesia Open dan Japan Open, kalau saya lihat dari hasil, jujur saya akui saya cukup puas karena dengan level 1.000 (Indonesia Open) dan 750 (Jepang Open) tak gampang. Di samping ada kemajuan, kekurangan, tapi dari semuanya hasilnya oke. Saya cukup puas," kata Hendry saat ditemui di pelatnas PBSI, Cipayung, Jakarta Timur, Senin (5/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hendry mengatakan tak ada program tambahan untuk Jonatan setelah menutup tur Australia dan Asia di Japan Open. Dia hanya berfokus membenahi apa yang menjadi evaluasi Jonatan sepanjang mengikuti turnamen.
"Tidak ada metode baru. Kami evaluasi apa yang kami tingkatkan. Artinya, lebih ke teknik, pukulan lebih safe. Jadi, saya lihat kalau dari satu game mati di bawah 10 poin, kemungkinan menangnya lebih besar atau 60 persen. Sebaliknya, jika di atas 12 poin, kemungkinan bisa kalahnya besar, karena fokusnya dan feeling-nya hilang. Selain itu, tentu hal nonteknis seperti harus sabar, tak boleh emosi di lapangan, itu juga mempengaruhi," dia menjelaskan.
Dibandingkan dengan hasil Jonatan, penampilan Anthony Sinisuka Ginting cenderung tak stabil. Bahkan, di Indonesia Open, pemain berusia 23 tahun itu hanya mencapai babak kedua, kemudian di Japan Open terhenti di putaran perempatfinal.
"Ya, tidak apa-apa. Saya tetap berkesan kalau nanti Anthony bagus, Jonatan (penampilannya) jelek, problem juga jadi saya tak mau berpikir ke sana. Mereka keduanya tetap atlet Indonesia dan mewakili Merah Putih juga," dia menjelaskan.
"Hanya memang yang saya rasakan Anthony masih belum konsisten. Dari fokusnya, fisiknya, ya banyak faktor lah," ujar dia.
(mcy/fem)