"Kalau kita lihat layernya usia 19, 17, 18. Cukup padat. Mereka tinggal nunggu gilirannya di level dewasa. Kalau krisis tunggal putri ya enggak. Kaderisasi kita komplit dari mulai 19, 17, 15, 13, 11, komplet. Tinggal nunggu pentasnya," kata Ketua PB Djarum Yoppy Rosimin di GOR Djarum, Jati, Kudus, Sabtu (16/11).
"Nanti kita tampil di kejurnas, tampil beberapa pemain remaja kita ikut tampil di kelompok taruna. Ada beberapa yang ikut. Suzanna, Mutiara, lainnya tampil di level atasnya," lanjutnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Prestasi tunggal putri Indonesia dalam beberapa waktu belakangan ini cenderung stagnan. Gregoria Mariska Tunjung dan Fitriani masih kesulitan menembus persaingan tunggal putri dunia.
Lantas, bagaimana kiat PB Djarum untuk melambungkan sektor tunggal putri?
"Kalau mau jadi juara harus komplet. Teknisnya harus oke, fisik oke, intelegensia juga oke, kesempatannya ada. Ini yang harus komplet. Ada beberapa yang secara teksnis bagus, kesempatan ada. Tapi kadang-kadang kurang cerdik di lapangan. Intelegensia bukan berarti cerdas di akademiknya. Tapi cerdik di lapangan," ucap Yoppy,
"Memunculkan itu ya 'gawan bayi' (bawaan lahir atau bakat). Melekat itu sejak lahir. Semakin besar, besar, itu akan semakin tajam. Jadi dasarnya 'gawan bayi'. Ada satu pemain yang teknisnya bagus, fisiknya bagus, kesempatannya ada. Tinggal kegigihannya. Kalau kegigihannya ada, klop, bisa jadi," katanya.
(nds/cas)